Sequel of Stalking You : Chasing You


Author : Pyeon Sojung
Title : Sequel of Stalking You : Chasing You
Casts : 
- Baek Chang Yi (OC)
- Cho Kyu Hyun
- Kim Jong Woon
Length : Oneshot
Genre : School-life, Teenage
Rating : PG-13


[Baek Chang Yi’s POV]
Tidak terasa aku telah melewati waktu satu tahun penuh kesuraman ini. Waktu itu. Teringat jelas waktu itu. Hari di mana hatiku teriris-iris. Yah, memang terasa sakit sampai sekarang karena bayang-bayang itu selalu menghantui pikiranku.

Waktu itu. Ketika hari kelulusan. Saat aku hampir memasuki tahun ketiga di SMA.

Aigo.. Chang-ah, ini untuk siapa? Cantik sekali!” ujar Kwon Ji Min antusias ketika melihatku membawa sebuket bunga lily yang lumayan besar.

“Untuk siapa lagi.” jawabku percaya diri seraya mengerlingkan mata – memberi kode padanya.

“Ah, tentu saja! Chang yang sekarang sudah berpindah hati, bukan?” respon Ji Min sedangkan aku hanya tersenyum merah marun.



Aku dan Ji Min kemudian melangkah memasuki gerbang sekolah yang sudah dihiasi bermacam-macam bunga. Hari kelulusan ini benar-benar ramai. Orang tua ikut serta memeriahkan hari penting bagi anak-anak mereka. Banyak sekali wajah gembira di sini. Tapi, pasti di antara itu ada kebahagiaan yang terpancar lebih dari yang lain. Ada senyuman yang paling hangat dari yang lain. Ada tawa yang paling ceria dari yang lain. Dialah orangnya. Kim Jong Woon.

Ya! Lihat itu Chang! Dia melihatmu.” seru Ji Min tiba-tiba.

Jeongmal?” ucapku bersemangat. Aku tahu dia berdiri tidak jauh di belakangku. Tapi, entahlah! Aku terlalu grogi untuk bertatap muka dengannya.

Ya! Sekarang sepertinya dia berjalan kemari.” bisik Ji Min sambil menutup bibirnya dengan tangan.

Mwo? Eotteohke?” balasku panik dengan wajah yang semakin memerah saja.

Dari semua riuh keramaian ini, aku hanya mendengar langkah kakinya yang perlahan mendekat. Aku hanya bisa tersenyum girang menantinya berada di depan mataku.

Saat itu, jantungku hampir saja berhenti berdetak. Napasku tersengal. Aku sungguh kaget. Jong Woon Sunbae? Tidak mungkin! Aku sangat yakin dia menyadari keberadaanku sekarang. Tapi kenyataannya, aku hanya melihat punggung yang menjauh tanpa sedikitpun menoleh untuk melirikku. Terlebih lagi ketika ia menggandeng sahabatku, Kwon Ji Min pergi – menjauh dariku. Apa ini? Apa yang terjadi?

Aku terus memikirkan kejadian barusan. Apa yang terjadi pun, aku tidak tahu. Apa yang akan mereka lakukan tanpaku? Entahlah, aku sendiri tidak paham dengan perasaanku saat ini. Aku mengesampingkan perasaan aneh ini. Apakah cemburu? Astaga, barusan aku cemburu dengan sahabatku sendiri! Kau sangat bodoh, Baek Chang Yi!

Sepertinya memang mereka membutuhkan waktu untuk mengobrol. Lalu aku memutuskan untuk menunggu dua orang itu. Di antara kerumunan orang ini aku berdiri sendirian seperti orang bodoh yang tidak tahu harus berbuat apa.

Beberapa menit kemudian, sebuah tangan tiba-tiba menggandengku. Sentuhan ini milik siapa lagi kalau bukan Kim Jong Woon. Aku menatap matanya berusaha menerawang apa yang ada dipikirannya. Dia tersenyum lembut seperti biasa yang membuatku berpikir positif kembali.

Kajja!” ajaknya.

“Kita mau kemana?” tanyaku.

Pria itu hanya diam dan tetap melangkah.

Aku melihat sekeliling. Sekolah tidak banyak berubah selama satu tahun ini. Taman sekolah tetap sama, bahkan lebih indah dari biasanya. Ah, apa yang akan terjadi? Aku tidak bisa berhenti menerka-nerka. Wajahku merah malu dan aku hanya bisa menyembunyikannya.

Tiba-tiba Jong Woon Sunbae berhenti mendadak – alhasil aku menubruk punggungnya. Sepertinya aku kurang fokus karena pikiranku yang melayang kemana-mana. Untuk apa dia mengajakku ke taman sekolah? Dan hanya aku dan dia yang berada di situ. Apa ini sebuah pertanda sesuatu? Ah, cukup sudah imajinasi menguasaiku. Aku harus fokus dengannya.

“Ada apa, Sunbae?” tanyaku langsung.

Pria itu menghela napas lalu menempatkan kedua tangannya di pundakku. “Dengarkan ini baik-baik, Baek Chang Yi!” katanya lalu menghela napasnya sekali lagi.

“Terkadang sesuatu bisa sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita harapkan–” kalimatnya terputus selama beberapa detik.

“Kau... Harus bisa menghadapi segala kemungkinan. Termasuk sesuatu tentang kita. Mungkin kau masih belum mengerti tentangku. Dan–”

“Dan?” tegasku penasaran dengan perkataannya.

“Eumm.. Yang kubicarakan itu sebenarnya.. Aku tidak memandangmu sebagai perempuan, Chang Yi. Aku sudah menganggapmu sebagai adik kandungku sendiri. Untuk itu, kau tidak perlu lagi–” kalimatnya terputus lagi. Sebenarnya apa yang dia maksud?

“Maksudku kita masih bisa berteman, Chang Yi.”

Apa itu barusan? Apakah sinonim dari ‘Aku menolakmu’? Jantungku berpacu. Untuk menelan ludah pun aku tidak bisa. Dadaku rasanya sangat sesak. Efek omongannya benar-benar dahsyat dan aku masih belum siap untuk menerima ini semua. Semoga saja aku bermimpi sekarang. Sebentar lagi aku bangun. Bangun. Bangun!

Tidak. Tidak! Ini bukan mimpi. Ini kenyataan yang tidak bisa kuhadapi.

“Lalu kau menyukai orang lain?” tanyaku sementara mata merahku tidak bisa tertolong lagi.

Pria itu hanya mengangguk.

“Siapa?”

Jong Woon Sunbae menghela napas. “Kwon Ji Min.”

Mian, Chang.. aku–”

“Aku tidak apa-apa. Sungguh, aku sudah tidak memikirkan itu.” aku menunduk – menyembunyikan mataku yang terbanjiri oleh air mata.

Kemudian aku menyodorkan buket bunga itu di hadapannya. “Selamat atas kelulusanmu.” lalu pergi dari hadapannya.

Ji Min-ah, dari awal memang kau sudah mengetahuinya bukan? Dia sama sekali tidak melihatku, tapi melihatmu.

Dan kau tahu? Sebesar apapun usahaku, itu belum cukup. Masih belum cukup buatku untuk dicintai. Dan untuk kedua kalinya, aku menyerah.

***

“BAEK CHANG YI! Kau dengar?” teriak Park Seonsaengnim yang akhirnya ampuh menyadarkanku dari lamunan.

“Ah, Ne.. Ada apa, Seonsaengnim?” jawabku kikuk.

“Sekali lagi kau berpura-pura pingsan di kelasku, aku benar-benar akan mengeluarkanmu! Arra?  Ah! Aku benar-benar sudah gila karenamu. Baek Chang Yi, kau sadar kan? Kau sudah kelas tiga dan kau peringkat paling bawah!” serunya dan seperti biasa, seluruh kelas memusatkan pandangan padaku kecuali Cho Kyu Hyun. Pandangan mereka sungguh merendahkanku.

Ye, Seonsaengnim.

Guru Fisika berkumis tebal itu mengusap kepalanya. Sepertinya terlalu stres karena ulahku.

“Sekarang begini saja. Mulai sekarang, Cho Kyu Hyun yang akan mengajarimu dari awal. Aku harap itu tidak masalah karena dia murid peringkat 1 di sekolah ini. Kau tidak keberatan, Cho Kyu Hyun?”

Seluruh kelas tertuju pada Cho Kyu Hyun, pria kaku itu.

Aku meliriknya. Pria itu hanya terdiam tidak berekspresi. Tapi jelas dari mataku terlihat dia tengah menghela napas. Sepertinya aku menjadi beban berat baginya.

M – M – MWO!!!” teriak seluruh kelas yang tiba-tiba memelototiku, khususnya fans Cho Kyu Hyun yang mayoritas perempuan itu.

Aku memperhatikan Cho Kyu Hyun yang kini sibuk dengan pensil dan bukunya. Hah.. Apa peduliku? Dia juga tidak peduli seperti biasa.

***

Sekolah akhirnya usai. Hari ini hari kesialanku. Sejak ada berita Cho Kyu Hyun yang akan mengajariku itu. Entah dari mana penyebarannya, yang jelas dalam waktu kurang dari 1 jam, seluruh sekolah sudah tahu dan aku tiba-tiba saja terkenal. Tapi konteks terkenal di sini adalah terkenal dalam artian buruk.

Brukk...

Seorang gadis sengaja menabrakku hingga aku terjatuh.

Ya! Baek Chang Yi! Kau mulai berani ya? Apa yang kau rencanakan, hah? Jalang sepertimu berani-beraninya mendekati Cho Kyu Hyun!?” semprot gadis itu sambil memuntahkan permen karetnya sehingga mengenai rambutku. Ternyata tidak cuma satu. Banyak fans Cho Kyu Hyun yang mengerumuniku.

“Aku tidak mencoba mendekatinya. Kau tidak tahu apa-apa! Jadi, jangan menggangguku!”

Ya! Kau berani denganku sekarang?” teriaknya seraya menarik kerahku.

“Lepas tangan kotormu itu!”

“Mwo?” aku melihat tangannya melayang ke udara – siap memukulku. Seketika aku langsung memejamkan mata.

Tapi tidak terjadi apa-apa.

Aku membuka mataku. Tangannya memang sudah siap memukulku tapi terhenti di udara. Aku melihat wajah perempuan itu. Matanya mengarah pada sesuatu. Kemudian aku mengikuti pandangannya.

Cho Kyu Hyun. Pria itu tengah berdiri tidak jauh di belakangku. Wajahnya datar. Kedua tangannya ia simpan di dalam saku. Gadis yang hendak memukulku itu cepat-cepat menurunkan tangannya. Lalu mereka akhirnya pergi.

Aku melirik Cho Kyu Hyun. Pria itu tidak mengatakan apa-apa. Setelah gerombolan perempuan menjengkelkan itu pergi, ia berjalan meninggalkanku.

“Cho Kyu Hyun.. Gomawo.” ucapku. Aku bingung akan mengatakan apa. Satu-satunya pilihan adalah terima kasih. Walau bagaimanapun, Cho Kyu Hyun yang telah menyelamatkanku dari situasi itu. Meskipun sebenarnya dia tidak memiliki niat untuk menolongku. Dia hanya kebetulan saja lewat.

Pria itu diam dan hanya berjalan pergi tanpa menengok.

Aku melirikkan mataku ke atas. Hah sialan! Gara-gara ulah gadis gila itu rambutku jadi seperti ini. Demi Tuhan, ini permen karet yang habis dikunyah dan menempel di rambutku! Menjijikkan sekali!

Aku beringsut ke kamar mandi untuk membersihkannya. Benda merah muda menjijikkan ini memang sulit dibersihkan dan sialnya aku menghabiskan waktu lama hanya karena ini. Ish, padahal aku harus cepat-cepat mengerjakan tugas dari Park Seonsaengnim. Kalau tidak, bisa mati aku!

Kemudian samar-samar aku mendengar suara seseorang yang muntah di balik pintu kamar mandi yang tertutup itu. Sudah dari tadi ia berada di sana tapi tak kunjung keluar. Aku pun mulai penasaran dan agak cemas.

“Hey, kau baik-baik saja?” ucapku seraya mengetuk pintu toilet.

Tidak ada jawaban dari sana. Bagaimana ini? Apa aku harus mendobraknya? Ah tidak, tidak! Apa aku harus memanggil seseorang? Tapi tidak ada siapapun di luar. Ah, bagaimana ini?

Saat aku berpikir hal-hal yang tidak masuk akal, pintu toilet itu pun terbuka. Seseorang akhirnya keluar. Ternyata seorang gadis. Wajahnya terlihat pucat, bibirnya putih dan pecah-pecah. Ia berkeringat hebat. Matanya pun sayu seperti akan...

Pingsan.

“Hey.. Hey!”

Gadis itu jatuh di pundakku. Aku panik dan berusaha menyadarkannya. Tapi tetap saja, dia tidak bergerak sedikitpun. Tanpa pikir panjang aku memapahnya. Di luar toilet tidak ada siapa-siapa. Lorong itu kosong. Ke mana semua orang? Aku benar-benar panik sekarang. Apa yang harus kulakukan? Dia sakit. Ya, dia sekarang sakit! Ya, benar! Dia harus cepat-cepat dibawa ke rumah sakit.

***

Aku terbangun dari tidurku yang hanya sebentar ini. Hey, tunggu! Tunggu! Tadi saat ada gadis yang pingsan. Itu bukan mimpi kan? Aku pun menegakkan badanku lalu melihat sekitar. Gadis itu tengah terbaring di ranjang rumah sakit. Ah ternyata bukan mimpi. Aku melirik jam tanganku. Sudah jam 10 malam lebih dan tidak ada keluarga dari gadis ini? Apa dia hidup sendiri?

Aku memperhatikan wajah gadis yang terbaring lemah ini. Rambutnya panjang dan berwarna hitam pekat. Sungguh dia cantik sekali. Jika dilihat-lihat, wajahnya itu mengingatkanku pada seseorang. Dia mirip seseorang. Tapi siapa?

“Hey.”

Tiba-tiba ada sebuah suara yang membuatku menoleh cepat.

Cho Kyu Hyun? Kenapa dia bisa di sini?

Tunggu dulu! Aku pun mengamati Cho Kyu Hyun dan gadis itu bergantian. Gadis ini kan... Pacarnya yang waktu itu?

Astaga!

“Eumm.. Annyeong, Cho Kyu Hyun! Ah.. eum itu.. Aku tidak bermaksud seperti ini.. Tapi.. eum.. Jangan salah sangka dulu.. I-Itu aku, aku hanya.. Aku hanya.. Aku bisa jelaskan.. Jadi.. Eum.. Dia pingsan.. Dan aku–” ucapku terbata-bata seraya bersiap-siap kabur dari sana. Terjebak di situasi ini membuatku jadi canggung.  Aish, mengapa aku jadi kelihatan grogi seperti ini? Aku tidak bisa memungkiri perasaan cenat-cenutku saat Cho Kyu Hyun bisa sedekat ini di hadapanku.

“Aku sudah tahu.” ujarnya singkat.

“Eum.. Ya.. Kalau begitu aku permisi–” aku meraih tasku dan bersiap-siap pergi. Tapi sebuah tangan menghentikanku. Tangan ini milik Cho Kyu Hyun. Berarti Cho Kyu Hyun memegang tanganku? Astaga! Aku tidak bisa membalikkan badanku. Aku tidak bisa berhadapan dengan Cho Kyu Hyun. Hey, ayolah Cho Kyu Hyun! Lepaskan tanganku sekarang!

Aku hanya mematung di tempat. Sampai kedua tangan Cho Kyu Hyun memegang pundakku lalu membalikkan badanku.

“Jika bukan karenamu dia tidak bisa bertahan sekarang.” ucap pria itu. Cengkraman tangannya mulai kuat. Aku bisa merasakannya.

Gomapta.” lanjutnya sambil menunduk. Aku hanya terdiam tidak tahu harus mengatakan apa. Lalu kenapa Cho Kyu Hyun menunduk seperti itu? Apa dia menangis? Tanganku secara tidak sadar melayang – mencoba menyentuh bahunya. Aku berniat menenangkannya.

Aish! Baek Chang Yi! Sadar! Sadarlah! Tidak seharusnya aku melakukan itu. Buru-buru aku menarik tanganku sebelum Cho Kyu Hyun menyadarinya.

“Eum.. Cho Kyu Hyun–”

Mian.” ucapnya seraya melepas tangannya dari bahuku.

“Aku harus pergi sekarang.”

“Apa perlu kuantar?”

“Ah.. Tidak perlu! Sungguh tidak perlu! Aku bisa sendiri. Lagipula kau harus menemaninya di sini.” jawabku cepat.

Aku lantas pergi meninggalkan mereka berdua. Aigo, jantungku masih saja cenat-cenut. Mungkin saja ini karena aku jarang berdekatan dengan pria. Tapi sungguh, aku tidak memiliki perasaan apa-apa pada Cho Kyu Hyun. Itu semua hanya masa lalu. Selain itu, aku menemukan sisi Cho Kyu Hyun yang sangat berbeda dari sebelumnya, dan ini kali pertama dia berbicara padaku. Ternyata dia bukan manusia datar. Dia punya ekspresi. Dan dia berniat baik padaku.

***

Keesokan harinya aku merasakan kantuk yang luar biasa. Rasanya kantung mataku ini sangat berat.  Aku tidak tidur sama sekali. Yah, ini karena siapa lagi kalau bukan Park Seonsaengnim yang menyiksaku dengan tugas-tugasnya. Aku juga tidak yakin tugas yang kukerjakan ini benar atau salah. Terserahlah! Yang penting aku sudah mengerjakan.

“Keluarkan pr kalian sekarang!” perintah Park Seonsaengnim.

Aku pun dengan malas mengambil kertas tugasku di tas. Aku mengaduk-aduk isi tasku. Hah? Apa ini? Di mana? Tidak ada? Mataku yang sebelumnya berat karena mengantuk, tiba-tiba saja terbuka lebar. Aku panik. Bagaimana ini? Aku yakin sudah memasukkannya ke dalam tas. Dan.. Hey, gila saja! Aku sudah mempertaruhkan waktu tidurku hanya karena tugas itu. Tapi kenapa bisa tidak ada? Apa seseorang menyembunyikannya? Ah gawat!

Semua tugas itu sudah terkumpul di meja Park Seonsaengnim. Kecuali tugasku. Guru itu kemudian menghitung jumlahnya. Hanya tinggal menghitung waktu saja sebelum dia menghukumku sekarang.

“Satu orang. Siapa yang tidak mengumpulkan?” ucapnya dengan nada horor.

Tanganku gemetaran. Aku berusaha mengangkat tanganku. Tapi...

Cho Kyu Hyun tiba-tiba berdiri.

“Saya tidak mengerjakan, Seonsaengnim.” akunya sementara seluruh kelas memandanginya dengan wajah heran.

Cho Kyu Hyun? Kenapa dia.. Haish, apa yang dia lakukan?

Seluruh kelas berbisik-bisik sehingga terdengar agak riuh.

“Cho Kyu Hyun. Sangat mengejutkan. Tapi hukuman adalah hukuman. Jadi, keluar dari kelasku sekarang!”

Cho Kyu Hyun tidak berkata apa-apa. Dia hanya menuruti kata Park Seonsaengnim. Seluruh kelas tengah memperhatikan Cho Kyu Hyun dengan wajah yang masih kaget. Kecuali aku. Aku memandangnya dengan ekspresi bingung. Sekarang ini aku sangat bingung.

Barusan apa yang terjadi?

Pelajaran pun dimulai. Tentunya tanpa Cho Kyu Hyun. Aku dari tadi mengamatinya dari jendela kelas. Cho Kyu Hyun masih berlari memutari lapangan sepak bola tanpa lelah. Itulah hukuman dari Park Seonsaengnim bagi murid yang tidak mengerjakan tugasnya. Berlari memutari lapangan sampai pelajarannya selesai. Tapi seharusnya aku yang berlari. Bukan dia.

Tapi mengapa dia malah menggantikan aku?

***

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Aku melirik ke luar jendela lagi. Cho Kyu Hyun, dia sudah menghilang dari sana. Aku pun kebingungan. Barusan dia masih di sana dan sekarang sudah tidak ada? Dia seperti hantu saja!

“Mencari Cho Kyu Hyun?” sebuah suara langsung membuatku menengok. Ah dia, Kwon Ji Min. Gadis itu tersenyum hangat padaku, tapi aku tidak membalasnya. Entahlah, aku juga tidak mengerti kenapa sikapku berubah terhadapnya setelah kejadian itu. 

“Eum.. Chang-ah, aku...”

“Jangan bicara! Tolong. Aku tidak ingin dengar apa-apa.” potongku dengan nada biasa. Tapi jika orang lain mendengarnya, pasti terdengar seperti orang marah.

Aku sendiri tidak mengerti. Aku benar-benar tidak mengerti mengapa aku menjauhi Ji Min. Aku tidak marah sama sekali. Aku bahkan sudah menerima semua keadaannya. Termasuk kejadian itu. Tapi aku masih saja tidak tahu bagaimana harus bersikap dengan Ji Min. Aku hanya tidak tahu harus mengatakan apa.

Aku langsung beranjak dari tempat dudukku sebelum aku melihat wajah sedih Ji Min. Aku sangat yakin dia akan murung saat ini, dan aku tidak akan tahan melihatnya. Aku berjalan keluar kelas. Setiap kali aku melihat gadis itu, bayangan tentang Kim Jong Woon selalu hadir di pikiranku. Itu membuat dadaku sesak dan sungguh aku tidak mau mengingat-ingat tentangnya lagi.

Ketika aku keluar kelas, suasana ternyata tidak sepi. Banyak orang di lorong kelas. Ada apa sebenarnya? Dan mengapa semua mata mengarah padaku? Aku tidak mengerti. Aku berjalan sambil melihat semua orang. Ini benar-benar tidak nyaman. Aku menjadi pusat perhatian dan pandangan mereka mengintimidasi. Apa aku berbuat sesuatu yang salah? Aku masih belum mengerti.

Mataku akhirnya tertuju pada sebuah papan pengumuman. Aku baru sadar. Berlembar-lembar kertas terpajang yang isinya penghinaan tentangku. Ini pasti karena mereka menganggapku sebagai gadis murahan yang mencoba berbagai cara untuk mendapatkan Cho Kyu Hyun. Lalu jika seumpama aku seperti itu, apa bedanya aku dengan mereka? Mereka jauh lebih brutal dan frontal dari pada aku. Aku bahkan sedikitpun tidak ada niat mendapatkan Cho Kyu Hyun. Lalu apa salahku?

Aku langsung berlari menuju kelas. Aku takut. Aku tidak tahu harus bagaimana. Tuhan, tolong aku!

Setelah aku memasuki kelas, kupikir akan jauh lebih aman. Tapi pemandangannya sama seperti di luar. Ini masih jam istirahat, tadinya kelas ini hampir kosong. Tapi sekarang semua orang tengah memandangiku. Termasuk Cho Kyu Hyun yang ternyata sudah kembali. Aku tidak tahu perasaanku benar atau salah. Ini seperti sudah direncanakan untukku sebelumnya.

Badanku melemas. Apa yang akan mereka lakukan?

“Gadis murahan, untuk apa kau berdiri di sana, hah?”

“Jalang rendahan! Apa yang kau lakukan pada Cho Kyu Hyun?”

“Dasar licik, diam-diam kau mengincar dia?”

“Jauhi dia!! Hey! Apa kau mengancam Cho Kyu Hyun? Apa yang sebenarnya kau lakukan?”

Sorak hinaan dan tuduhan meluncur bersautan. Tidak hanya itu, mereka juga melempariku dengan remasan kertas. Rahangku mengeras, aku tidak terima. Apa salahku? Aku tidak melakukan apa-apa! Tuduhan mereka membuat darahku mendidih. Ingin sekali aku menyemburkan umpatan-umpatan agar mereka paham.

“DIAM!!! Kalian pikir kalian siapa seenaknya memperlakukanku seperti ini? Apa yang kalian tahu, hah? Tidak perlu kalian perjelas, aku juga sudah tahu diri. Cho Kyu Hyun yang kalian agung-angungkan itu, mana mungkin aku bisa menyukainya? Memimpikannya saja aku tidak sanggup. Jalang sepertiku, apa yang bisa kuharapkan?” tangisku meledak. Aku mengatakannya. Akhirnya aku bisa berteriak.

“Apa kalian tidak pernah sekalipun berpikir bagaimana perasaan Cho Kyu Hyun? Digosipkan dengan jalang rendahan sepertiku pasti membuatnya benar-benar malu, bukan? Apa kalian tidak memikirkan betapa malunya Cho Kyu Hyun, hah?” isak tangisku memecah lebih parah.

“Ya! Memangnya kami percaya dengan kata-kata busukmu itu?”

“Hey! Semua orang sudah tahu tentang kedokmu itu!”

“Sialan!!” seru mereka seraya melempari telur lagi. Aku terdiam. Aku tidak kuasa lagi berkata-kata. Semuanya sia-sia.

Kukira mereka akan berhenti. Apapun usahaku, semuanya tidak berarti.

Aku memejamkan mata berharap semua ini akan hilang dengan sekejap. Aku menyerah. Aku sudah tidak tahan lagi. Akalku buntu saat ini.

Suasana riuh ini tahu-tahu mereda bagiku ketika sebuah tangan hangat menyentuh kulitku.

“Sudah puas kalian bermain dengannya?”

Aku membuka mataku perlahan. Cho Kyu Hyun. Pria itu ada di depanku – membelakangiku. Untuk apa dia di sini? Astaga Cho Kyu Hyun, di mana akal sehatnya? Tindakannya tentu saja memancing emosi orang-orang di sini.

Entahlah, sihir apa yang dipakai Cho Kyu Hyun hingga seluruh isi kelas terdiam. Aksi melempar-lempar itu pun berhenti. Kini terasa sentuhan hangat Cho Kyu Hyun yang mengeratkan gandengan tangannya. Dia menarikku – membawaku pergi dari suasana kacau itu. Semua orang menatapku dengan pandangan sama seperti sebelumnya. Pandangan mereka membuatku risih. Ah, pria bodoh ini? Apa yang dia lakukan?

Cho Kyu Hyun masih menggiringku ke suatu tempat. Dia menuju ke arah gudang peralatan olah raga. Salah satu tempat yang jarang dijangkau orang. Pria itu tiba-tiba berhenti di luar gudang. Aku masih terdiam. Dia pun sama.

Beberapa saat kemudian, aku mulai angkat bicara. “Eum.. Cho Kyu–” belum sempat aku melanjutkan kalimatku, tiba-tiba Cho Kyu Hyun memojokkanku di tembok.

Dia menunduk dan aku melihat dengan jelas tangannya yang mengepal di tembok. Astaga, aku baru sadar dia sangat dekat. Dia terlalu dekat.

“Apa kau bodoh, hah?” serunya lalu menatap mataku. Baru kali ini aku melihat ekspresinya yang seperti ini. Wajahnya jadi menyeramkan.

“Kenapa kau tidak melakukan apa-apa? Apa kau terima dipermainkan mereka?”

“Aku tidak terima.”

“Lalu kenapa kau diam saja?”

“Ini sama sekali tidak ada urusannya denganmu. Ini masalahku.”

Pria itu lalu memukulkan kepalan tangannya ke tembok. “Ya! Kau berencana membiarkan dirimu dihina seperti itu? Kau terima-terima saja, begitu?”

“Lalu apa yang bisa kulakukan hah? Aku tidak bisa melakukan apa-apa! Orang sepertimu tidak akan mengerti! Lagipula siapa dirimu, Cho Kyu Hyun? Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti ini?”

Pria itu tidak menjawab. Dia hanya menatap mataku tanpa ekspresi.

Pria ini. Apa yang sebenarnya dia inginkan? Aku kemudian memberontak mencoba mendorong tubuhnya yang mengurungku.

Tapi dia langsung mencengkram bahuku – mencegahku melarikan diri. “Baek Chang Yi, tarik kata-katamu!”

Aku tidak mengerti maksud Cho Kyu Hyun. Aku hanya menyipitkan mataku – menatap matanya yang serius.

“Tarik semua kata-katamu tentang kau tidak bisa menyukaiku. Kumohon tarik semua ucapanmu.”

“Aku tidak mengerti maksudmu! Lepaskan aku sekarang!”

“Aku tidak terima!”

“Aku tidak mau kau diperlakukan seperti itu, Baek Chang Yi!”

Aku masih menatap matanya yang berkilauan itu. Manik matanya seolah meyakinkanku. Raut wajahnya pun tidak main-main. Dia jelas mengatakannya dari hati.

Perasaanku masih bergejolak. “Cho Kyu Hyun, aku–”

“Aku menyukaimu.”

Jantungku seperti akan berhenti ketika Cho Kyu Hyun mengucapkan kalimat mustahil itu. Beberapa detik kemudian wajahnya mendekat. Tanganku bersiap mendorongnya. Ketika aku benar-benar akan mendorongnya, bibirnya telah mendarat di bibirku. Aku membatu. Badanku tidak bisa digerakkan hingga napasku tercekat. Cho Kyu Hyun mengambil ciuman pertamaku.

Musim panas itu kali pertamanya seorang pria mengakui perasaannya padaku. Aku seharusnya senang. Akhirnya aku bisa tahu bagaimana rasanya disukai seseorang. Tapi semuanya berbeda jika orang itu adalah Cho Kyu Hyun. Perasaan itu, mengapa tidak dari dulu aku mengetahuinya? Sekarang, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Tentangku dan tentang Cho Kyu Hyun. Terutama aku yang sekarang. Apa aku masih bisa jatuh cinta? Apa aku masih bisa menyukai Cho Kyu Hyun lagi?


~END~
Waduh, gantung lagi ya ini sepertinya.. hehehehe *tampar* maaf sekali buat readers yang dah nunggu FF ini. dan maaaaff sekali lagiii kalo FFnya nggantung lagi.. TT__TT *gantung rame-rame* oke boleh dong kasih komentar ceritanya gimana.. hehe.. maklum makin ke sini kayanya makin ga jelas ceritanya.. haha.. itu kalo aku yang ngerasa sih.. kalo menurut readers gimana nih??
Anyway, Makasih buat yang baca ya.. Makasih banget buat yang suka ^^~ See u next time :)


By : PSJ

3 komentar:

  1. Bahasanya bagus, alurnya juga bagus. Kukira yesung suka sama changyi. Ada kelanjutannya kah ? Pengen tau aja kenapa kyuhyun suka sama chang yi. Masa iya cuma karna nyelamatin adiknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Annyeong Intan Kusuma!! ^^
      sabar yahh.. ada kok 2nd sequelnya ^^
      ditunggu yah.. makasih dah read n comment.. hihihihi ~~

      Hapus
  2. Ceritanya Bagus.!!
    tapi lebih baik setelah menggunakan bahasa korea tuliskan juga bahasa Indonesianya. terkadang ada yang suka membaca tapi tidak terlalu mengerti dengan bahasanya.

    cuman Itu komentarku. terima kasih! semangat terus membuat cerita.

    BalasHapus

No Silent Readers! Give a comment is EASY Right?... Gomawoyo^^