Title : Unexpected Neighbor
Genre : Romance (complicated), Teenage life
Type : Series
Rating : PG-13
Cast :
- Lee Sungmin
- Sunny as Lee Soonkyu (Anggap tokoh ini : YOU)
- Cho Kyuhyun
- Choi Siwon
- Other characters
I Won't Forgive You!!! Babo Namja!Annyeonghaseyo ELF! Kali ini mimin bawa FF Romance Series kedua mimin.. Hope you like it! Jangan plagiat-plagiat yaa mimin buatnya murni dari hasil jerih payah. Jangan lupa komen yaa.. Gomawoyo!^^ Happy Reading~~
[Author’s POV]
Pagi itu, tepatnya di deretan bangunan mewah. Tempat dimana sekumpulan warga Seoul menengah keatas bernaung. Dari banyak apartemen yang berjejer itu, ternyata ada rumah sederhana yang diampit oleh bangunan yang menjulang tinggi. Di sanalah seorang yeoja bertempat tinggal. Yeoja pendek berwajah manis itu tengah bersiap-siap sebelum berangkat ke sekolah. Hari itu adalah kesempatan terakhirnya. Sekali lagi ia terlambat masuk maka ia akan kena skors. Entah apa yang sedang ada dipikirannya sehingga akhir-akhir ini ia selalu terlambat. Maka dari itu, yeoja berumur 17 tahun itu tidak akan lengah lagi.
“Selesai!
Hmm... Kau memang cantik, Soonkyu!” serunya memuji diri setelah memoleskan
lipgloss pada bibir tebalnya. Yeoja bernama lengkap Lee Soonkyu atau kerap
dipanggil Soonkyu itu mengancingkan jas hitam sekolah lalu mengucir rambutnya
yang setengah ikal. Ia menatap dirinya dalam cermin seraya menghela napas panjang.
“Huh...
Aku yakin hari ini bukan hari sialku. Akan ku pastikan Si Bodoh itu tidak
mengacaukan.” kata Soonkyu sambil menengok ke jendela.
Ia
bergegas keluar dan mengunci pintu rumahnya. Yeoja sebatang kara ini mengambil napas
panjang lagi ketika melihat sosok yang tidak asing lagi baginya. Dia adalah
Ahjumma gemuk dengan dandanan serba norak yang bekerja sebagai hantu bagi
Soonkyu. Ralat! Sebenarnya dia rentenir yang super duper galak.
[Soonkyu’s POV]
“Ah, haruskah aku melakukan ini setiap hari?” cibirku dengan mata menyipit tajam ke arah Ahjumma matre itu.
Sepertinya
kepalaku sudah bosan menyerap setiap kata yang Jung Ahjumma katakan. Dengan
langkah terbungkuk aku berjalan mengendap-endap menyusuri trotoar sambil
menutupi wajahku dengan buku. Niatnya sih ingin bersembunyi di balik buku itu.
Tapi sialnya gerak-gerik badanku sudah dihafal oleh Ahjumma.
“Soonkyu-ah!
Kau belum menyelesaikan urusan denganku! Ya, mana uang yang kau janjikan?”
teriak Jung Ahjumma menuding-nudingku.
“Aish..
Jinjja! Apa masalahku dengan Gorilla konyol mata duitan ini? Apa dosaku Tuhan?”
ucapku sangat lirih. Saking lirihnya mungkin suraku terdengar seperti desahan
udara.
Dengan
jerih payah ia berlari menghampiriku karena beratnya yang ehem.. sedikit over.
Lambungku hampir robek gara-gara melihat Ahjumma gembul itu terhuyun-huyun
seperti Badut Gorilla. Ya, memang aku memanggilnya Badut Gorilla karena
menurutku dia pantas dipanggil begitu. Lalu Sang Badut akhirnya sampai
dihadapanku sambil terengah-engah.
“Ya!
Apa yang kau katakan tadi?” tanya Jung Ahjumma setengah emosi. Aku hanya bisa
menggeleng pelan sambil tertunduk karena aku sungguh takut padanya.
Ahjumma ini telinganya abnormal ya?
“Ahjumma, mianhaeyo.
Aku pasti akan membayarnya!” kataku memasang mimik memelas dan mengedipkan mataku.
“Hah!
Kau selalu mengatakan itu! Kalau tidak dilunasi, rumah buntutmu ini aku sita!”
omel Jung Ahjumma.
Agghh... Seenaknya saja! Itu kan
hutang orang lain. Bukan hutangku! Kenapa malah aku yang jadi kambing hitam
begini?
“Awas
kau! Aku akan kembali minggu depan!” ancam Jung Ahjumma sambil berlalu dariku.
Setelah
mengurusi Si Gemuk itu aku melanjutkan perjalananku ke Sekolah. Baru tiga
langkah aku berjalan dari tempatku berdiri tadi, tahu-tahu sesuatu mengucur
dari atas.
“Terkutuklah!
Apa yang...” aku menjerit lalu menengok keatas dan seketika rona wajahku
berubah menjadi merah padam. Aku membalas ringisan namja itu dengan tatapan sadis.
“YAAA!!!!
Kau namja tolol!!! Beraninya kau!” teriakku memekakkan telinga. Namja satu ini
memang sinting. Bahkan dia tidak pernah menggunakan otaknya. Aku sangat
membencinya melebihi semua orang yang aku benci.
[Sungmin’s POV]
Aku menunggu kesempatan ini. Baiklah sudah waktunya! Kajja!
CHURR...
Akhirnya
telur busuk ini sukses diluncurkan dari balkon rumahku. Sebentar lagi akan ada
sesuatu yang berisik sekali. Jadi, aku menutupi telingaku dengan kapas.
“YAAA!!!!
Kau namja tolol!!! Beraninya kau!” teriak Soonkyu, teman sekolah... eum lebih
tepatnya musuhku.
“Huahahaha...
Rasakan babo! Ya Soonkyu-ah, itu balasanku!” ejekku dengan gelak tawa yang luar
biasa.
“Ha
ha... Lucu sekali!” kata Soonkyu geram seraya mencari kerikil untuk melemparku.
Rupanya bukan hanya kerikil, tapi batu sebesar genggaman tangan. Apa dia sudah
tidak waras? Kalau batu ini tepat sasaran, bisa mati aku.
“Terimalah
sarapanmu!” seru Soonkyu sambil melempar batu itu ke arahku. Reflek aku
langsung tiarap.
PRANGG!
Huh, aku masih selamat! Untung kena
kaca. Kalau kena wajah tampanku ini, bisa-bisa reputasiku hancur lebur.
“Sayang
sekali! Kau belum beruntung babo! Hahaha...” aku kembali mengejeknya. Ah, siapa
peduli! Aku meninggalkan balkon sambil memperhatikan wajah horornya. Jeongmal,
dia seram sekali.
[Soonkyu’s POV]
“Aish, kenapa meleset??? Suatu saat lihat saja! Wajah mulus yang kau agung-agungkan itu akan kuhancurkan!!!” aku menggeram sambil membersihkan cairan kuning menggelikan ini dari jas hitamku. Aku memang menaruh dendam hebat dengan namja jelek yang menjadi tetanggaku sejak aku berumur 10 tahun. Bahkan masalahnya sangat sepele. Waktu aku membawa ice cream, dengan sengaja dia menjatuhkannya. Aku tidak terima. Aku marah sekali. Padahal waktu itu aku susah payah menabung demi satu scoop ice cream. Masalah ini tidak akan pernah selesai. Kenapa? Karena aku tidak mau memaafkannya apalagi aku yang minta maaf. Huh.. Please deh! Harga diriku masih tinggi. Tahu-tahu dari mataku samar aku melihat bis berwarna biru, lalu aku melirik jam tangan.
Aigoo... 15 menit lagi masuk! Semua
ini gara-gara Si Jelek itu! ..., tadi bis biru?
“ANDWAE!!!”
jeritku. Aku segera mempercepat langkah kerdilku. Hosh Hosh Hosh! Aku berlari
mengejar bis yang melaju kencang.
“Ahjussi...
Ahjussi! Berhenti!” teriakku yang percuma karena mustahil didengar. And then,
perjuangan seorang Lee Soonkyu pupus sudah. Bis hilang nasibpun malang. Aku terpaksa
menunggu bis selanjutnya. Sial! Lee Sungmin, hari pemakamanmu akan segera
tiba!!!
[Author’s POV]
Di sebuah sekolah yang cukup populer di daerah Gwangjin-gu, Jongyoung High School. Gerbang sekolah itu sebentar lagi akan ditutup setelah bel terdengar.
KRINGGG!!!
Bel sekolah akhirnya berbunyi. Siswa kelas B segera duduk manis di bangku
masing-masing dengan mulut bungkam karena hari ini pelajaran musik dari Choi
Seonsaengnim, guru ter-killer menurut seluruh siswa SMU Jongyoung.
“Yeonie-ya,
bagaimana ini? Kenapa Soonkyu belum datang juga?” bisik Seojin kepada Yeonmi. Kedua
orang ini adalah teman dekat Soonkyu. Yeonmi meletakkan pulpen di meja lalu
menggigit bibir bawahnya. Ia lalu menatap lawan bicaranya dengan wajah
khawatir.
“Kau
benar. Omo, dia akan dapat masalah!” jawab Yeonmi pelan.
“Ehem...
Son Seojin, Ahn Yeonmi, ada yang kalian diskusikan?” tanya Choi Seonsaengnim
yang tiba-tiba ada didepan mereka.
“Tidak
ada, Seonsaengnim.” jawab Seojin terbata-bata sambil menunduk.
Tok
Tok Tok... Terdengar suara ketukan dari pintu kelas. Tak lama kemudian dari
balik pintu muncul yeoja dengan penampilan yang tidak karuan. Rambut berantakan
ditambah pakaian kotor karena telur busuk. Choi Seonsaengnim segera beranjak
dari hadapan Yeonmi dan Seojin. Ia menghampiri yeoja yang tidak lain tidak
bukan adalah Soonkyu. Soonkyu hanya bisa tertunduk pasrah menunggu hukuman
penggal dari guru terkiller itu.
[Soonkyu’s POV]
“Terlambat lagi? Apa yang membuatmu terlambat, hah?” tanya Choi Seonsaengnim agak membentak. Aku mematung sampai keringat dinginku mengucur deras. Perlahan bola mataku bergerak keatas berusaha melihat wajah Choi Seonsaengnim. Ia tengah melipat tangannya di dada. Kumisnya yang tebal menambah kesan mengerikan bagiku. Aku menelan ludah dengan susah payah.
“Joesonghamnida,
Seosaengnim. Saya bangun kesiangan.” kataku berbohong karena otakku tidak punya
ide untuk mencari alasan.
“Pulanglah!
Jangan kembali sebelum kau bisa bangun lebih awal. Arraseo?” kata Choi
Seonsaengnim dengan penekanan di setiap kata.
“Ne,
algesseumnida.” jawabku sambil mengangguk kecil.
“Sekarang
keluar dari kelas ini!” perintah Choi Seonsaengnim dengan wajah datarnya. Aku
membungkuk kearah Choi Seonsaengnim sebagai tanda penghormatan lalu berbalik
menuju pintu. Ekor mataku tidak sengaja menangkap sosok namja pembawa sial itu.
Aku menengok ke arahnya dan Aggghh... Aku jijik melihat tampang sok cool-nya. Dia
menatapku dengan ekspresi kemenangan, belum lagi gerombolannya seperti Cho
Kyuhyun dan Choi Siwon yang hobinya ikut-ikutan. Bagi mereka tidak ada kata
puas saat mempermalukanku di depan teman-teman. Aku sudah tidak tahan lagi
sekelas dengan mereka. Dan sekarang aku diusir? Eotteohke?
[Sungmin’s POV]
“Aigo, Kyuhyun-ah! Kau sudah minum berapa banyak?” tanya Siwon takjub sementara mataku melotot melihat Kyuhyun menegak satu botol soju sekali napas.
“Ah,
itu tidak penting! Yang penting kita harus bersenang-senang. Kajja, satu botol
lagi!” kata Kyuhyun yang sudah mabuk berat. Malam ini aku dan anggota klub
basket sekolahku berpesta di sebuah bar. Kami memenangkan turnament basket bergengsi
tahun ini dan tidak lengkap rasanya kalau tidak dirayakan.
“Baiklah!
Kau memang peminum yang baik.” ucapku sambil bersulang dengan kedua sahabatku
ini. Mungkin aku bisa dibilang paling payah waktu minum soju karena aku tidak
toleran dengan minuman keras. Minum satu gelas ukuran kecil saja sudah
membuatku pusing apalagi kalau mengikuti cara Kyuhyun. Bisa-bisa aku tidak
selamat waktu pulang.
“Sepertinya
teman kita satu ini sudah akut mabuknya.” kata Siwon memperhatikan Kyuhyun
dengan tatapan ngeri.
“Akan
ku bawa dia ke rumahku. Aku takut dia akan berbuat macam-macam kalau mabuk
begini.” kata Siwon sambil mengalungkan tangan Kyuhyun ke lehernya.
“Teman-teman
kami duluan. Bersenang-senanglah!” kataku berpamitan dengan tim basketku. Aku
membantu Siwon memapah Kyuhyun sampai pintu depan bar.
“Kau
mau ikut?” ajak Siwon.
“Dwaesseo,
aku pulang sendiri saja.” balasku singkat.
“Arraseo,
kita berhasil hari ini, Sungmin-ah!” kata Siwon sambil tersenyum. Ia berjalan
menuju mobilnya dan membantu Kyuhyun naik. Tak lama kemudian mobilnya melaju
lalu menghilang dari pandanganku. Tiba-tiba hujan mengguyur deras. Aku segera
mengeluarkan payungku dari tas. Beginilah nasibnya kalau tidak membawa mobil.
Harus berbasah-basah demi menunggu bis datang. Aku berjalan menyeberang jalan
agar sampai di halte. Sekilas aku melihat yeoja yang sangat akrab di kepalaku.
Soonkyu? Apa yang dia lakukan larut
malam begini?
Aku
melihat Soonkyu keluar dari sebuah toko ice cream dan membawa sebuah bungkus
kecil yang kurasa itu ice cream. Astaga, selarut ini beli ice cream! Ia berlari
melewatiku. Sepertinya dia tidak melihatku. Aku langsung mengambil masker dari
saku celanaku dan memakainya sebelum dia mengenaliku. Kalau sampai dia tahu aku
di sini, aku bisa mati malu di depan publik gara-gara ocehannya yang keras. Aku
kembali melirik yeoja yang berada 2 meter dari tempatku berdiri. Sekarang dia
basah kuyup di sana. Entah kenapa naluri lelakiku kali ini berjalan.
Seolah-olah berkata ‘tidak boleh membiarkan seorang yeoja menderita’. Tanpa
sadar aku berjalan mendekatinya sampai kepalanya tertutup oleh payungku.
[Soonkyu’s POV]
“Aigo, kenapa aku begitu bodoh? Kenapa aku tidak bawa payung?” aku menggerutu pada diriku sendiri. Aku memegangi lenganku lalu menggosoknya untuk memberi sedikit kehangatan. Tahu-tahu hujan tidak jatuh di kepalaku lagi. Aku melihat keatas. Ternyata ada seorang namja yang sedang memegangi payung diatas kepalaku. Aku tersenyum kecil padanya lalu membungkuk. Aku memperhatikan seragam yang ia pakai dan ternyata persis seperti yang ku pakai.
“Kau
bersekolah di SMU Jongyoung?” tanyaku ramah.
“Ne.”
jawab namja itu singkat.
“Apa
aku mengenalmu? Tunggu, sepertinya aku mengenalmu. Suaramu mirip seseorang.” kataku
sambil menatap namja bermasker itu lekat-lekat.
“Eumm...
Aniya, aku tidak seperti yang kau pikirkan. Kau tidak mengenalku.” ucap namja
itu terbata-bata seraya mundur satu langkah.
“Murid
baru?” tanyaku menebak-nebak isi pikirannya. Namja itu membalas dengan anggukan
cepat. Akhirnya bis datang juga. Namja itu mempersilahkan aku masuk duluan
sementara dia berada dibelakangku. Kami duduk bersebelahan. Selama beberapa
detik kami merasa canggung. Aku buru-buru angkat bicara.
[Sungmin’s POV]
“Aku tidak tahu kalau ada murid baru. Oh, mungkin kita beda kelas. Kau kelas apa?” tanya Soonkyu sambil membuka bungkusan kecil yang dibawanya.
“Aku
di kelas A. Kau pasti di kelas B.” balasku.
“Bagaimana
kau tahu?” tanya Soonkyu terheran-heran.
Aigo, keceplosan! Kenapa lidahku
jadi tidak terkontrol begini?
“Eumm...
Hanya asal menebak.” aku beralasan. Aduh, semoga dia tidak curiga. Dia
menganggukkan kepalanya lalu menyendokkan ice cream ke mulutnya.
Hawa dingin begini malah makan ice
cream. Bodoh.
Tiba-tiba
Soonkyu menunjuk jam tanganku. Aku langsung menutupnya dengan tangan kiriku
sebelum dia menyadari inisial namaku di dalam jam tangan itu.
“LS?
Apa itu?” tanya Soonkyu penasaran. Terlambat, dia sudah tahu.
“Eh,
itu.. itu inisial namaku.” jawabku sambil mencari-cari ide berbohong
selanjutnya.
“Oh,
iya kita bahkan belum berkenalan. Namaku Lee Soonkyu. Kalau kau?” tanya Soonkyu
sambil mengulurkan tangannya. Sudah kuduga dia akan menanyakan itu.
“Namaku
Lee... Lee Seungho.” balasku meraih tangan Soonkyu ragu-ragu.
“Seungho-ssi,
senang berkenalan denganmu.” kata Soonkyu dengan senyumnya. Selama mengenalnya
aku belum pernah melihat dia tersenyum semanis ini. Yang sering aku lihat
hanyalah wajah horor dan amukannya. Astaga, ternyata berbeda 360 derajat. Dia
lebih cantik seperti ini. Aigo!! Sungmin apa yang kau pikirkan? Dia jelas-jelas
seperti nenek sihir. Lupakan yang tadi!
“Kenapa
kau dari tadi pakai masker? Lepas saja biar aku bisa melihat wajahmu.” ucap
Soonkyu membuyarkan lamunanku.
“Aku
sakit, jadi jangan dilepas. Nanti kalau kau tertular bagaimana?” aku
menakut-nakuti Soonkyu. Dia sepertinya percaya dengan omong kosongku. Beberapa
menit kemudian akhirnya sampai juga di depan rumahku. Soonkyu beranjak turun
dari bis sementara aku mengekorinya.
“Lhoh?
Kau turun di sini juga? Di mana rumahmu?” tanya Soonkyu.
Ah, aku lupa lagi. Harusnya aku
tidak turun di sini!
“Mmm..
aku mau ke toko buku sebelah sana.” aku kembali beralasan sambil menunjuk
seberang jalan.
“Selarut
ini mau ke toko buku? Apa tidak bisa besok?” tanya Soonkyu khawatir.
“Ini
tugas sekolah. Lagipula kalau bukan karena Choi Seonsaengnim, aku tidak akan
pergi.” jawabku meyakinkan.
“Arraseo,
jalgayo!” kata Soonkyu melambaikan tangannya. Aku berjalan memunggungi Soonkyu.
“Seungho-ssi..”
panggil Soonkyu tiba-tiba. Aku menoleh.
“Gomawoyo!”
ucap Soonkyu sambil tersenyum kecil. Aku menganggukkan kepala kemudian berlalu
darinya.
~To Be Continued~
Nah, gimana menurut chingudeul tentang FF gaje ini?Created By: Pyeon Sojung
wahh penasaran kelanjutannya...
BalasHapusceritanya baguss..
next yah.. =) makasih..
annyeong!*nongol* gomawo dah dibaca^^hehe
Hapusne, mungkin agak lama yaa.. be patient :) gomawo dah visit n komen =)