Judul : Oh, I Love You!
By :
min Sooyeon ( @firdaa_ningrum )
Type : Part 2
Genre : Romance, A Little Bit Comedy, No Yadong!
Cast : Cho Kyuhyun, Son Seo Yeon
NB : Fanfict ini
bukanlah hasil copy paste, pencurian ide, ataupun tindakan serupa lainnya.
Sesuai namanya, fanfict yang ditulis tidaklah asli dan hanya rekayasa. Jika
ingin dipublikasikan kembali, tolong cantumkan nama blog ini ya ^^
[ Seoyeon Part ]
Aku berjalan menyusuri gemerlap kota Seoul yang semakin
ramai di jam-jam 8 malam seperti ini. Acara Fans Signing tadi sudah
menghabiskan waktuku selama 2 jam. Kenapa disaat seperti itu aku harus menabrak
dan menindihi si Evil Magnae??? Aku tak akan menceritakan hal ini pada Sojung.
Bagaimanapun juga, aku bisa dibunuh olehnya apabila ia tahu aku menabrak,
menindihi dan membenturkan kepala Biasnya ke tembok!.
“Annyeonghaseyo”ucapku
dengan nada malas sambil membuka pintu apartemen milik keluargaku. Apartemen
ini tergolong apartemen mewah. Yah, jika bukan warisan dari mendiang Appa-ku
mana mungkin aku bisa menikmati apartemen sebesar rumah Type 250 ini?
Setelah
menenteng high heels-ku, aku berniat naik kekamarku tanpa perlu beradu mulut
dengan Eomma-ku. Kulihat ia sedang menonton televisi yang menayangkan channel
reality show kesukaannya. Aku berusaha mengendap-endap menaiki tangga dan,
“Seoyeon, mana sopan santunmu pada ibumu sendiri?.” Nada getir ibuku itu
berhasil membuatku nyaris berteriak saking kagetnya.
“Eh, eh, eh.. Mmm...
aku sudah lelah eomma. Aku juga sudah makan dengan Sojung tadi di kedai”ucapku
meminta pengertian dari ibuku yang masih menatapku. Entah kenapa, aku merasa
tatapannya kali ini benar-benar berbeda dari biasanya. Ada apa dengan ibuku
ya?, batin Seoyeon dalam hati.
“Duduklah kemari. Ibu
ingin bicara padamu”ucap ibuku dengan nada hangat.
Aku berjalan menghampiri sofa ruang keluarga dan duduk
disamping ibuku yang masih memasang senyuman lebar padaku. Ia terlihat
menggenggam sebuah kertas HVS di tangan kanannya. “Eomma, itu surat
apa?”tanyaku pada ibuku yang masih tersenyum manis.
“Bacalah. Kau akan
mengerti dengan sendirinya”ucap ibuku sambil menyodorkan kertas HVS yang
ternyata sebuah surat.
Dengan hati-hati, kubuka kertas itu yang ternyata hanya
berisi 1 lembar saja. Diatasnya tertulis nama mendiang Appa-ku, Son Eun Jo
disertai tulisan “Surat Wasiat” yang ditulis besar. Dari tulisannya, aku tahu
jika ini tulisan dari mendiang Appa-ku. Pelan-pelan, mulai kubaca surat itu dan
berusaha kuresapi arti tiap katanya. Seketika bayangan Appa melintas dan
berhenti didalam otakku. Ia tersenyum memandangku sambil menyaksikan aku
membaca surat wasiatnya itu.
Teruntuk
putri kecilku yang tahun ini beranjak dewasa, Son Seo Yeon
Selamat ulang tahun ke 17, putriku
sayang. Appa harap di perbatasan usia dewasa ini kau bisa berpikir dan
bertingkah makin dewasa, semoga langkah hidupmu selalu diberkati oleh Tuhan.
Appa menulis surat ini lebih cepat karena appa takut tak bisa bertemu denganmu
lagi saat moment yang paling dinanti oleh semua remaja yang ada di dunia ini.
Suatu saat, kau pasti tahu apa alasan Appa kenapa menuliskan surat ini padamu.
Appa hanya ingin berpesan padamu,
pertama jagalah selalu kesehatanmu. Sekaya-kayanya dirimu, jika engkau sakit
kekayaanmu pelan-pelan akan sirna. Kau percaya bukan jika semuanya suatu hari
akan kembali pada Tuhan? Oleh karenanya, jagalah hidupmu. Ingat, Tuhan hanya
mau memberi kita kehidupan sekali. Lantas kenapa kita harus menyia-nyiakannya?
Kedua,
selalu sayangi orang-orang yang ada disekelilingmu. Tanpa mereka, kau sama saja
kehilangan pondasi untuk berdiri. Karena tanpa cinta, dirimu akan hampa. Bukan
begitu?
Ketiga,
selalu sayangi Eomma-mu. Sesering-seringnya kau curhat pada Appa jika Eomma
terlalu cerewet. Ingatlah, ia tetap ibumu. Orang yang membuatmu berada di dunia
ini (Selain Appa, kkk~)
Terkait pesan Appa yang kedua, Appa
dan Eomma-mu sudah menyiapkan sebuah rencana yang ada sejak dulu. Kau penasaran
bukan? Apa yang kau bayangkan saat ini? Sepatu baru? Gaun baru? Kamar baru?
Atau boneka raksasa baru untuk menemani Cotton disamping tempat tidurmu?
Bangunlah dari mimpi-mimpi kecil nan konyolmu itu Seoyeon!
Mungkin ini sedikit mengejutkan bagimu
ataupun lebih Appa tidak tahu karena Appa tidak bisa melihat wajahmu secara
langsung. Kau akan menikah dengan anak teman baik Appa saat usiamu menginjak 22
tahun. Senang? Sedih? Terkejut? Menangis? Marah? Tidak terima? Appa tidak tahu
apa yang terlintas di hati kecilmu saat ini. Appa tahu, dari dulu kau adalah
penipu ulung dalam perasaan dan isi hatimu.
Tolonglah, Seoyeon. Turutilah perintah
Appa yang satu ini. Jangan buat Eommamu marah dan sedih karena tingkahmu. Appa
tahu, kau suka membantah perintah Appa ataupun Eommamu. Tapi turutilah hal satu
ini ya sayang. Appa yakin kau akan bahagia nantinya.
Nb
: Calon suamimu itu anak yang tampan dan baik lho, kkk..
Seoul, 26 Agustus 2008
Dari Appamu Yang Kini Disurga
Son Eun Jo
Aku hanya bisa menangis dan menganga ketika selesai
membaca surat wasiat dari mendiang Appaku. Bagaimana tidak? Rasa rindu yang
terpendam sejak lama kini menyeruak memenuhi seluruh sudut hatiku. Dan
parahnya, kenapa aku harus dijodohkan saat usiaku 22 tahun? Kenapa? Kenapa! Dan
kenapa!!!
“Jadi bagaimana
Seoyeon? Apa kau setuju akan hal itu?”tanya ibuku memecah kebingungan yang
sedang kurasakan.
“.........”
“Maafkan eomma sayang.
Jika surat itu sudah eomma berikan padamu sejak 2008, kau pasti akan kabur dari
rumah dan pergi entah kemana”ucap eommaku dengan lembut. Namun aku tak
berselera untuk menjawab hal satu itu.
“Appa dan eomma yakin
hal ini akan membuatmu bahagia.”
Aku
yang merasa tak terima langsung berteriak dan berkata, “Bahagia bagaimana,
eomma? Aku baru bisa mencapai kesuksesan untuk menjadi model sejak akhir 21!
Dan kenapa eomma tega menghancurkan segala mimpiku sejak kecil! Kenapa eomma
tidak merundingkan hal ini denganku dari lama!”bentakku pada ibuku yang kini
sudah mulai meneteskan air mata.
“Mana mungkin! Jika hal
ini kurundingkan padamu sejak kau masih 5 tahun, kau mana mungkin
mengerti!”ucap ibuku sambil menangis dan membenamkan wajahnya diantara kedua
telapak tangannya. Jujur aku tak tega ketika melihatnya berlinangan air mata
seperti ini. Bagaimanapun ia juga ibuku, orang yang merawatku sejak kecil.
Aku segera bangkit dari kursi dan menyambar tas putih
yang ada disampingku, berniat untuk naik kekamar dan menjernihkan pikiranku. Aku
tak tega melihat ibuku itu berlinangan air mata didepan mataku.
“Seoyeon”
Suara
serak ibu membuatku mau tak mau menoleh kearahnya kembali menatapnya. “Pikirkan
lagi hal itu baik-baik. Bagaimanapun itu pesan terakhir Appamu pada dirimu.”
Aku yang bimbang akhirnya meninggalkan ruang keluarga. Dengan mata buram dan
linangan air mata, aku menaiki tangga menuju kamarku yang damai. Aku butuh
Sojung untuk hal ini...
[ Kyuhyun Part ]
Tepat jam 11 malam aku baru sampai di dorm. Member lain
langsung bersembunyi di liang persembunyian mereka lengkap bersama bantal dan
guling masing-masing. Acara minum soju dan anggur beras di bar tadi cukup
menyenangkan. Kangin hyung dan Shindong hyung benar-benar mabuk hingga mereka
harus dipapah oleh Leeteuk hyung ke kamar masing-masing. Semuanya minum kecuali
2 orang yang paling anti alkohol. Siapa lagi jika bukan Yesung hyung dan
Donghae hyung? Kriingg, Kriingg...
Dengan malas-malasan,
kuterima panggilan tersebut sambil merebahkan diri diatas kasur. “Yeoboseo?.”
“Ah Kyuhyun sayang.
Bagaimana kabarmu? Sehat-sehat saja kan?.” Suara ibuku terdengar diujung sana.
Ia terdengar bahagia, lebih bahagia dari biasanya. Ada apa ini?
“Kau habis minum-minum
ya bersama hyung-hyungmu itu?”
Aku
menoleh kebelakang manakala Donghae hyung datang membawa lakban untuk menutup
mulut bawelku ini. Ternyata aku hanya mendapati tubuh Sungmin hyung berbalut
selimut dan tidur dengan damai. “Darimana ibu tahu?.”
“Kau tak konsentrasi
saat diajak bicara”protes ibuku disebrang sana. “Kapan kau pulang? Nunamu Ahra
akan pulang ke Nohwon 3 hari lagi”ucap ibuku membuyarkan bayanganku.
Bayangan kakak cantikku
yang tersenyum manis sudah berkelebat kesana kemari didalam kepalaku. Kalian
tahu kan jika kakak cantikku itu sukses membuat hyung-hyungku iri berat? “Hah?
Nuna akan pulang? Asyik, aku benar-benar rindu padanya!.”
“Ya! Kau tak rindu pada
kami, Cho Kyuhyun!”protes Appaku yang berhasil merampas telepon dari ibuku yang
dari tadi hanya sibuk berbasa-basi padaku. “Haha, tentu saja aku juga rindu
pada orang tuaku”ucapku sambil tertawa.
“Kyuhyun”
“Mmmhhmm..”
“Eomma ingin bilang sesuatu
padamu”
Aku sudah mencium
bau-bau tidak beres dari nada dan ucapan ibuku. “Mau bilang apa eomma? Silakan”
“Bagaimana jika musim
salju tahun ini kau menikah? Appa dan eomma sudah menjodohkanmu dengan
seseorang.” Aku sama sekali tak menjawab pertanyaan ibuku barusan.
Kerongkonganku terlanjur kering saking kagetnya. Bagaimanapun juga aku hanyalah
Magnae innocet dalam hal ini!
“Menikah? Musim salju
ini? Dengan siapa?”ucapku agak tergagap-gagap menanggapi permintaan ibuku
barusan.
Disatu
sisi, aku masih ingin berkarya bersama Super Junior. Tapi disisi lain, aku tak
tega menolak permintaan orang tuaku yang ini. Aku juga sadar diri bahwa diriku
sudah mulai tua. Tahun depan berumur 26 tahun itu sudah tak bisa dikategorikan
sebagai orang yang masih muda bukan?. “Dengan anak mendiang teman Appa. Dulu
kalian pernah bertemu saat masih kecil”ucap Appaku menjawab pertanyaanku tadi.
Anak teman Appa? Siapa dia?
“Dia pintar masak kok.
Jadi kau tidak perlu khawatir kantongmu jebol atau mati kelaparan”ucap ibuku
panjang lebar. Aku semakin tidak minat meneruskan percakapan jika topiknya
terkait hal ini.
“Eomma, aku tidur ya.
Aku tadi menghabiskan 1 botol anggur beras sendirian”ucapku sambil memelas pada
ibuku. Jujur saja mataku sudah benar-benar berat dan keseimbanganku pun mulai
goyah.
“Lain kali eomma hajar
kau jika sering minum-minum ke bar!”ucap ibuku dengan garang. Selesai memelas
dengannya, akhirnya ibuku mengizinkan aku untuk tidur. Sebenarnya, aku masih
merenungkan tentang masalah pernikahan itu. Namun mataku tetap memaksaku untuk
terpejam dan melupakan masalah itu beberapa puluh jam kedepan hingga aku tiba
di Nohwon 2 hari lagi..
[ Seoyeon Part ]
“Hentikanlah tangisanmu itu, Seoyeon. Pikirkan
perasaan Appamu yang kini di surga, pikirkan juga perasaan Eommamu. Bukan
perasaanmu seorang. Jika perjodohan itu sudah ada sejak kau berumur 5 tahun,
pasti tidak mudah membatalkan semuanya seperti membalikkan telapak tangan.”
Suara Sojung terdengan diujung telepon. Aku masih sesenggukan sambil bersandar
di dada Cotton yang basah karena air mataku.
Sojung mendesah panjang
diujung telepon, “Orang tuamu pasti sudah memikirkan hal ini masak-masak
sebelum memberitahukannya padamu”ucap Sojung berusaha bijak padaku.
“Tapi Sojung... Ba,
bagaimana dengan mimpiku menjadi model?”ucapku masih sesenggukan, namun sudah
tidak separah tadi.
Sojung hanya diam saja dan menungguku menangis
disambungan telepon. “Lihatlah jam berapa ini. Pikirkan hal itu sematang
mungkin, Seoyeon. Semua jawaban pertanyaanmu itu hanya ada didalam dirimu.”
Ucapan Sojung barusan benar-benar menggelitik hati kecilku. Benar, aku tak
boleh egois. Bagaimanapun juga ini pesan terakhir dari Appa. Hal ini akan
kupikirkan baik-baik. Aku tak mau mengecewakan Appa dan Eomma.
[ Author Part ]
Seoyeon turun dari kamarnya menggunakan kaus lengan
panjang dan celana panjang karena ia menyadari suhu hari ini sudah menyentuh 1o
celcius. Ia melihat ibunya yang duduk di meja kecil yang ada di balkon sambil
menatap keramaian diluar apartemen. Seoyeon berusaha meyakinkan hatinya sekali
lagi. Untuk terakhir kalinya, ia mengambil nafas panjang sebelum menghampiri
ibunya yang sibuk menyulam taplak putih dan menyeruput kopi yang mengepul.
Seoyeon berdiri didepan jendela geser raksasa yang sekaligus menjadi sebuah
pintu menuju balkon.
“Rupanya kau sudah
bangun ya, Seoyeon. Duduklah, akan eomma buatkan segelas kopi hangat untukmu
pagi ini”sambut ibu Seoyeon dengan ramah. Gadis tinggi itu menarik kursi
diseberang ibunya dan menggelengkan kepala.
Seoyeon
menatap ibunya sekali lagi untuk meyakinkan jawaban yang sudah ia pikirkan
sejak 2 hari yang lalu. “Eomma, aku setuju soal perjodohan di surat wasiat Appa
itu.” Ucapan itu barusaja meluncur dari bibir tipis Seoyeon, yang tak mungkin
ia tangkap lagi untuk kembali.
“Ne? Aigo!. Eomma akan
mengabari keluarga calon suamimu dulu tentang hal ini!”ucap ibunya bersemangat.
Seoyeon
memperhatikan raut wajah ibunya sudah berubah drastis sebelum dan sesudah
mengucapkan kalimat persetujuan itu. Ibunya terlihat manggut-manggut dan
mencatat beberapa percakapan yang ada. Ah semoga aku tak menyesal dengan
keputusanku ini, batin Seoyeon dalam hati.
***
Kyuhyun
semakin merapatkan jaket hitam miliknya. Ia menatap Appa, Eomma dan Nunanya
bergantian. Mereka semua asyik menikmati sarapan yang sudah disiapkan oleh
kakaknya, Cho Ahra. Ia sudah memikirkan tentang perjodohan itu 2 malam penuh.
Dan 2 malam pula ia mendapat Insomnia hingga matanya berkantung seperti saat
ini. Kyuhyun meletakkan sumpitnya diatas piring dan menimbulkan bunyi cukup
keras karena suasana hening sedang menyelimuti meja makan.
“Kenapa tidak
dilanjutkan makannya?”tanya Ahra pada adik laki-lakinya yang kini termenung
menatap kedua orang tuanya dan dirinya.
Kyuhyun mengambil nafas
dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, “Aku setuju tentang perjodohan yang
sempat kita bicarakan sejak 3 hari yang lalu”ucapnya agak lantang.
“Ne? Aigo! Tadi
keluarga calon istrimu juga menelpon menyatakan persetujuannya. Astaga, kalian
benar-benar berjodoh!”ucap ibu Kyuhyun heboh. Appanya juga tak kalah bahagia
dengan pernyataan Kyuhyun barusan.
Cho
Ahra masih menatap adik laki-lakinya yang terlihat menahan tangis disudut
matanya. “Lantas bagaimana dengan Super Junior, Kyu?”tanyanya pada Kyuhyun.
Adiknya itu hanya mendangak dan menjawab singkat, “Itu akan kupikirkan nanti
setelah menikah, nuna”ucap Kyuhyun sambil mendorong kursi meja makan dan
berlalu masuk ke kamarnya.
~ To Be Continue ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Silent Readers! Give a comment is EASY Right?... Gomawoyo^^