You Are My Shining Star [Part 6]



Genre  : Romance, A little bit comedy
Type    : Continued, Novel-lengthFic, SongFic
Rating  : PG-13
Cast :
· Ryeowook (SJ)
· Sooyoung (SNSD)
· Taeyeon (SNSD)
· Heechul (SJ)
· Jessica (SNSD)
· Yesung (SJ)
· Other Character

"Annyeonghaseyo, ELF! mimin dengan bangga mempersembahkan Fanfict Romance jreng... jreng... jreng... FF ini hasil kerja sendiri dan bukan hasil PLAGIAT sekali lagi BUKAN HASIL PLAGIAT (sengaja di bold, underline, italic untuk memperjelas keaslian). Comment please kalo ada pendapat, saran, kritikan, typo atau apalah. Don't be silent reader! Dan satu lagi jangan di Bashing ya! bashing itu buang-buang tenaga! Satu lagi boleh yaa..*min, kapan mulainya?* Jangan mem-PLAGIAT karya seni semua postingan blog ini yaa.. Satu lagi yah *bunuh mimin bawel* bercanda! Langsung saja cekidot! Enjoy~"

“Kemarikan kunci mobilnya! Biar aku yang menyetir!” kata Sooyoung tiba-tiba sambil mengulurkan tangannya.

“Aku tidak yakin kau bisa menyetir! Aku takut kritis di rumah sakit gara-gara masuk jurang!” ledek Ryeowook sambil berjalan keluar. Sooyoung memanyunkan bibirnya lalu mengikuti langkah Ryeowook. Wusss.... Udara dingin langsung menusuk kulit Sooyoung. Ia menggeretakkan gigi sambil mengunci pintu depan lalu berlari memasuki mobil.

“Huh... Dingin sekali sih!” seru Sooyoung sambil meniup-niup telapak tangannya. Ryeowook tersenyum kecil saat melirik Sooyoung yang berusaha menghangatkan diri. Ia lalu melepas syalnya.

“Pakailah! Salju hari ini memang ekstrim!” kata Ryeowook sambil mengalungkan syal kesayangannya di leher Sooyoung. Sooyoung menatap Ryeowook selama yang ia bisa. Syal itu bagai jimat pembawa kehangatan paling mujarab. Buktinya rasa dingin di tangan Sooyoung hilang seketika.

“Baiklah, ayo berangkat! Pasang sabuk pengamanmu!” perintah Ryeowook sambil memasang sabuk pengamannya sendiri.

“Sooyoung-ah, gwenchanahaseyo?” tanya Ryeowook saat mendapati Sooyoung masih menatapnya.

“Ne, aku baik-baik saja!” jawab Sooyoung kikuk seakan tersadar dari lamunannya lalu segera memasang sabuk pengamannya.

***

Akhirnya mereka sampai juga di sebuah mall ternama di Seoul. Sooyoung melangkah memasuki mall itu dengan antusias. Namun Ryeowook sepertinya menahan malu karena berjalan dengan wanita yang lebih tinggi darinya. Bisa-bisa ia disangka pembantunya Sooyoung atau mungkin budaknya. Mereka sekarang berada di lift menuju ke supermarket yang letaknya di lantai 3.

“Woppa, boleh tidak aku menanyakan sesuatu?” tanya Sooyoung tiba-tiba.

“Hmm? Mwo?” tanya balik Ryeowook sambil melihat-lihat shopping list yang ada digenggamannya.

“Heechul-ssi itu siapa sih?” tanya Sooyoung lagi dengan wajah sok penasaran.

“Dia Appaku. Kau tau dari mana?” jawab Ryeowook sambil menatap Sooyoung heran.

“Aku hanya mendengar Eommamu menyebut-nyebut nama itu.” jelas Sooyoung.

“Lalu, apakah dia tahu tentang pernikahan kita?” tanya Sooyoung mirip seorang detektif.

“Umm.. Dia..” jawab Ryeowook terpotong karena pintu lift sudah terbuka.

“Woppa, aku tidak ingin ke supermarket. Kau sendiri saja ya! Aku mau pergi ke lantai lain. Selamat berbelanja!” kata Sooyoung dengan intonasi ‘trauma pergi ke supermarket’ lalu menutup pintu lift kembali. Ryeowook hanya merespon lambaian tangan Sooyoung dengan senyuman kecil dan anggukan. Kemudian ia berjalan memasuki supermarket besar itu.

Ryeowook mengambil barang-barang yang ia perlukan secepat kilat seperti sudah hafal letak setiap barang tersebut. Dalam waktu setengah jam saja trolinya sudah terisi barang-barang yang dituliskan dalam shopping list. ...Sayuran sudah, gurita sudah, makanan instan sudah. Akhirnya selesai juga! Batin Ryeowook sambil mencentang shop listnya. Ia mendorong trolinya ke kasir lalu membayar barang-barang yang ia beli. Selesai berbelanja layaknya tante-tante penggosip, Ryeowook berjalan-jalan di mall tersebut untuk mencari keberadaan seorang Sooyoung.

Seharusnya ia sudah tahu di mana Sooyoung berada dan memang sekarang ia sudah tahu. Ryeowook berjalan menuju lift di mana tadi dia dan Sooyoung berpencar. Ia hanya mengikuti kata hatinya dan tahu-tahu menekan tombol lantai satu. Setelah beberapa detik menunggu akhirnya sampai juga. Papan bertuliskan ‘Food Court’ terpampang jelas saat Ryeowook keluar dari lift. Tanpa ragu, Ryeowook memasuki Food Court sambil menenteng belanjaannya yang cukup banyak. Dugaannya 100 % terbukti. Sooyoung sedang makan sushi dengan lahapnya di meja bundar yang disediakan. Mudah saja bagi Ryeowook untuk mencari Sooyoung di tengah kerumunan orang karena dia adalah orang yang paling mencolok. Tujuh piring bekas sushi yang habis dimakan tersusun rapi di hadapan Sooyoung. Itu artinya yang ia makan adalah yang ke delapan.

“Yaa... Kau itu malah makan! Dua porsi kari yang kubuat memangnya tidak cukup? Apa perlu aku mengantarmu bertemu dokter karena penyakitmu ini?” tanya Ryeowook tidak percaya.

“Woppa tidak usah berisik begitu! Duduk saja, biar aku pesankan sushi satu porsi lagi! Karena hari ini aku baik, aku traktir Woppa deh!” kata Sooyoung lalu memanggil seorang pelayan untuk memesan seporsi sushi lagi. Ryeowook duduk di sebelah Sooyoung. Ia menurut saja karena memang dirinya lapar gara-gara Sooyoung mengkorupsi sarapannya.

“Woppa, mianhae soal sarapan tadi!” kata Sooyoung sambil mengamati sushi yang tersisa di piringnya.

“Tak apa. Kau sudah mentraktirku, jadi anggap saja kita impas. Oh ya! Kau itu sehari makan berapa kali? Sepertinya beratus-ratus kali makan tapi kok tidak obesitas?” tanya Ryeowook penasaran.

“Kalau tidak mood paling hanya 4 kali. Tapi kalau nafsu makanku sedang memuncak paling 6-7 kali. Aku juga bingung kenapa berat badanku bisa stabil walaupun makan banyak!” jelas Sooyoung sambil tersenyum bangga. Ryeowook hanya mengangguk-angguk mengerti.

“Woppa, ceritakan aku tentang Appamu dong! Tadi kan sempat terpotong!” kata Sooyoung memasang wajah berharap.

“Kau ini kenapa tanya-tanya? Kau suka Appaku ya?” tanya Ryeowook curiga.

“Aniyo, seleraku bukan om-om, tahu! Aku hanya memastikan Appamu itu sudah tahu kawin dadakan ini atau belum!” sahut Sooyoung sambil menggerakkan kedua tangannya.

“Belum, dia belum tahu karena pekerjaannya yang padat akhir-akhir ini. Tapi biasanya dia ingat dengan keluarganya sendiri. Aku pun sering sekali rindu padanya.” jelas Ryeowook dengan intonasi curhat.

“Geureyo? Memangnya pekerjaannya apa?” tanya Sooyoung lagi.

“Direktur bidang periklanan. Dulunya dia memaksa aku mengikuti jejaknya tapi aku benar-benar tidak tertarik. Aku lebih suka kuliner dari pada membuat iklan yang tidak bermutu. Akhirnya lambat laun ia menerima pekerjaanku. Syukurlah! Lhoh, kok aku malah mendongeng begini?” cerita Ryeowook panjang lebar tapi Sooyoung terlihat tidak bosan mendengarnya.

“Ah, tidak apa! Aku senang mendengar curhatan orang. Eh, ini makanannya sudah datang!” kata Sooyoung lalu menunjuk pelayan yang menaruh sepiring sushi di hadapan Ryeowook. Ryeowook menatap sushi itu penuh kebahagiaan. Akhirnya makan juga! Batinnya lega. Sooyoung menatap Ryeowook sambil senyam-senyum karena kali ini Ryeowook lahap sekali makannya. Sooyoung lalu mengeluarkan buku mantra kesayangannya. Entah Sooyoung akan jadi apa jika buku itu absen dari genggamannya.

Rabu, 31 Desember 2012
Hari ini pergi ke mall bersama Woppa. Kami makan sushi yang enaknya bukan main. Dia kalah 1:0 denganku karena dia hanya menghabiskan seporsi sedangkan aku delapan. Kkkkk... J

Sooyoung terkikik saat menuliskan kalimat tersebut ke dalam diarynya. Ryeowook yang terganggu pun mengintip-intip isi diary tersebut. Namun secepat kilat Sooyoung menutupnya.

“Sudah ku bilang! Woopa tidak boleh melihat isi buku yang satu ini!” kata Sooyoung sambil menggerakkan telunjuknya ke kanan dan ke kiri. 

Selesai makan, mereka berdua berjalan menuju tempat parkir bermaksud ingin segera pulang karena hari sudah mulai petang. Saat berjalan bersama, Ryeowook terlihat menjaga jarak dengan Sooyoung.

“Sooyoung-ah, Bisakah kau tidak menggunakan hak sejengkal itu lagi? Kau itu sudah tinggi!” kata Ryeowook sambil mengamati boots yang dipakai Sooyoung.

“Suka-suka aku dong! Woppa malu ya dekat-dekat aku?” tanya Sooyoung penuh selidik.

“Sejujurnya, aku tidak mau dikira pembantumu. Terlebih lagi membawa belanjaan sebanyak ini!” keluh Ryeowook sambil berpura-pura keberatan. Ah Woppa! Bilang saja ingin minta tolong belanjaannya dibawakan! Gengsi sekali... Batin Sooyoung kesal.

“Sini, biar kubantu!” kata Sooyoung lalu mengambil sebagian belanjaan dari tangan Ryeowook.

“Baguslah, gomawo!” kata Ryeowook tersenyum licik.

“Lhoh, Woppa kenapa membeli ikan laut? Banyak pula!” tanya Sooyoung sambil melihat-lihat isi belanjaan yang dibawanya.

“Aku ingin berpesta seafood waktu tahun baru! Nanti akan ku undang keluargamu juga! Kau sekalian bisa melepas rindu kepada Eommamu. Aku yakin sekali kau pasti sangat rindu padanya. Kau setuju kan?” jawab Ryeowook lalu membuka pintu mobil.

“Baiklah, aku setuju-setuju saja!” seru Sooyoung antusias. Setujulah kalau ada makanan apalagi makanan itu adalah seafood! Batin Sooyoung sambil membuka pintu mobil.

“Barang-barangnya ditaruh belakang saja!” perintah Ryeowook sambil menunjuk belanjaan yang dibawa Sooyoung.

Sekitar pukul 6 petang mereka sampai di rumah. Ryeowook sibuk memindahkan belanjaannya ke kulkas lalu menghitung pengeluarannya hari itu. Benar-benar mirip ibu-ibu rumah tangga. Sedangkan Sooyoung sedang duduk-duduk di depan jendela kamar lantai dua. Dari tadi ia mengelus dan menciumi syal kesayangan Ryeowook. Gadis itu sepertinya menyukai baunya. Bau syal itu mirip sekali dengan bau mantel yang menyelimuti Sooyoung waktu itu.

“Dia pakai pelembut merek apa ya? Baunya aku suka.” kata Sooyoung sambil senyam-senyum sendiri. Ia tidak tahu apa yang terbesit dalam otaknya sehingga syal itu membuatnya gila. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Dengan tergesa-gesa ia mengocok-kocok isi tas berusaha menemukan ponselnya. Sooyoung menekan tombol call setelah menekan-nekan beberapa angka.

“Yeoboseyo?” panggilan Sooyoung terangkat oleh seorang wanita.

“Annyeonghaseyo, Ahjumma! Boleh kita berbicara sebentar?” tanya Sooyoung dengan wajah serius.

Sooyoung dan si penerima telepon itu berbicara cukup lama. Hingga akhirnya Sooyoung menutup perbincangan itu. Syukurlah, semoga dia senang! Batin Sooyoung bahagia. Ia kembali menatap syal yang ia genggam lalu memakainya dan beberapa menit kemudian ia pun tertidur seperti dihipnotis.

“Ah, kemana sih idiot itu? Sudah dua jam tidak terlihat!” kata Ryeowook bertanya-tanya sambil melihat sekeliling. Televisi yang dari tadi ia tonton sekarang tidak digubrisnya.

“Sooyoung-ah!” teriak Ryeowook memanggil-manggil Sooyoung. Ah, gadis gagar otak itu menyusahkan lagi! Batinnya sambil mematikan televisi lalu menggeledah isi rumah mencari Sooyoung yang tiba-tiba ditelan bumi. Tinggal kamar atas yang belum dicek Ryeowook. Ia lalu membuka pintu itu dan berteriak memanggil Sooyoung.

“Soo...” teriakan Ryeowook terhenti karena menyadari kalau Sooyoung sudah terlelap di depan jendela. Ryeowook mendekati Sooyoung yang tengah mengigau kedai Kkotpida lagi.

“Lagi-lagi kedai Kkotpida!! Kenapa setiap aku mendapatimu selalu saja kau sudah tidur? Tidur saja seperti kerbau!” gerutu Ryeowook yang sudah pasti tidak dijawab oleh Sooyoung. Tepat jam delapan malam Ryeowook melangkah menuju ranjang bermaksud ingin segera tidur. Namun sialnya ia tidak bisa tidur karena dengkuran Sooyoung yang semakin menjadi-jadi. Ryeowook menggeram kesal lalu pergi dari kamar itu sambil membawa selimut. Kalau ia terus-terusan di sana bisa-bisa ia ketularan sinting. Hari ini ia kalah menguasai kasur dan sialnya harus tidur di sofa yang kemarin ditiduri Sooyoung.

~To Be Continued~


Created By: Min Sojung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Silent Readers! Give a comment is EASY Right?... Gomawoyo^^