Tonight


Author : Pyeon So Jung
Title : Tonight
Genre : Romantic, a little bit Comedy
Type : Oneshot
Rating : PG-16
Cast :
- Lee Dong Hae
- Cha So Yul (OC)
Hai hai.. ketemu lagi deh sama FF romance lagi (?) hehehe... tahu-tahu ada ide aja gitu bikin ni FF.. dan akhirnya publish! yeeeee... hore.. Anyway, Please Don't Steal My Hardwork! No Plagiarism! Enjoy my fanfiction and Happy reading guys! ^^

"There're something special.. Tonight." - LDH 


Seorang gadis berambut panjang tengah bingung menatap layar handphone-nya. Dari tadi ia sibuk mengetik sebuah pesan singkat, lalu beberapa saat dihapus lagi. Di satu sisi ia tidak ingin mengganggu kekasihnya yang sedang bekerja. Namun di sisi lain, ia sangat merindukan prianya itu. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Biasanya kekasihnya akan menelpon atau sekadar mengiriminya pesan sebelum berangkat kerja. Tapi sekarang, gadis bernama Cha So Yul itu sama sekali tidak mendapat kabar dari kekasihnya, bahkan sejak tadi pagi. Hal itu yang membuat So Yul semakin cemas.

‘Hey.. Sedang apa?’

“Ah, tidak.. tidak..” gumamnya seraya menghapus ketikannya lagi.

‘Kau sedang sibuk?’

Send.

“Hah? Andwae!” ucapnya ketika pesannya tidak sengaja terkirim. Sekeras apapun ia mencoba membatalkan pesannya, hasilnya nihil. Pesannya sudah sampai ke penerima. So Yul berkali-kali merutuki diri sambil menjitak kepalanya.

Omo. Omo..  eotteohke?” Ia melempar handphone-nya ke ujung sofa – tempatnya duduk.

So Yul kemudian memeluk lututnya, pandangannya beredar ke mana-mana, sesekali ia melirik ponselnya. Kelihatannya memang sedikit kekanak-kanakan untuk gadis berumur 26 tahun itu. So Yul adalah wanita normal. Bersifat dewasa, berpikiran dewasa dan bertingkahlaku dewasa seperti kebanyakan orang dalam usianya. Tapi, ketika menyangkut kekasihnya yang bernama Lee Dong Hae itu, sifat manisnya tidak dapat disembunyikan lagi.

Tidak lama kemudian, ponselnya yang berwarna putih itu bergetar. Dering ringtone-nya tidak begitu terdengar karena teredam bantal sofa, tapi suaranya cukup keras untuk membuat So Yul menengok. Gadis itu mengerutkan dahi sambil menggigit bibir bawahnya. Ah, belum tentu yang menelpon itu kekasihnya, bukan? Bisa saja Se Kyung – rekan kerjanya yang selalu bertanya tentang rancangan desainnya atau So Jung – dongsaeng-nya yang kerap menguras isi dompet.

Dengan was-was So Yul merangkak menuju ponselnya. Buru-buru ia membalik ponsel itu untuk mengetahui siapa yang menelpon. Lalu napasnya seketika berhenti.

Adiknya yang menelpon.

Aish, bocah ini!”

Ia mengangkat panggilan dari So Jung dengan gusar.

Eo?

“Eonni? Ada apa dengan nada bicaramu?”

Gwenchana. Wae?

“Sedang patah hati ya? Bertengkar dengan Dong Hae oppa?”

“Aku sedang sibuk. Kalau tidak ada yang ingin kau bicarakan, akan kututup–”

“Hey.. Hey.. Hey.. Aigo, eonni. Kau sensitif sekali.”

Ppali!

“Sebenarnya, aku ingin...”

“Ingin apa?”

“Uang.”

Mwo? Dengar bocah, aku sudah mengirim kemarin. Bahkan, dua kali lipat dari yang seharusnya. Dan sekarang kau bilang minta lagi?”

“Ya, tapi kan–”

AN–DWAE!”  kata So Yul penuh penekanan.

“Eonni, kau tahu sendiri ‘kan kebutuhanku itu beraneka macam? Dan aku tidak bisa dibilang bocah lagi! Umurku sudah 18 tahun!”

“Minta Eomma saja! Haish, makanya kau cepat lulus setelah itu bekerja!”

“Eon–” So Yul mematikan sambungannya dengan kesal. So Jung memang punya ribuan alasan agar keinginannya terpenuhi. Dongsaeng yang manja itu tidak akan berhenti menelpon sebelum So Yul menuruti kemauannya.

Beberapa detik setelah telepon terputus, ponsel So Yul kembali bergetar. So Jung benar-benar membuatnya naik darah sekarang. Tanpa basa-basi ia mengangkat panggilan itu.

WAE?” bentaknya emosi.

“Sayang, kau marah?” terdengar suara belahan hatinya di seberang sana. So Yul memejamkan matanya sambil mengatupkan bibirnya, tidak menyangka kalau yang menelpon adalah kekasihnya sendiri.

“Mianhae–”

“Ah, ani. Dong-ie. Tadi kupikir So Jung yang menelpon.” nada suara So Yul melembut.

“Oh, begitu?” Dong Hae terkekeh pelan. “Aku tidak sibuk, sayang. Ada apa?”

“Eh? Eum.. Aniya jeongmal! Tadi itu.. Eum.. Aku–”

Donghae kembali terkekeh karena nada bicara So Yul yang lucu. “Soy, kau bisa datang ke rumahku malam ini?”

Ne?

“Ada sesuatu yang ingin kubicarakan.”

“Apa itu?”

“Datanglah! Maka, kau akan mengetahuinya.”

“Ah, Geurae.

“Berdandanlah yang cantik dan buat aku terkesan!”

So Yul tertawa kecil. “Arraseo. Aku akan ke sana secepatnya. Gidalyeo!

“See you, Dear.” terdengar suara kecupan di seberang, membuat So Yul mengembangkan senyumnya.

Setelah So Yul menutup ponselnya, ia bergegas menuju kamar untuk mengganti pakaiannya. Malam ini akan menjadi malam paling spesial baginya. Ia harus berpenampilan menarik di depan Dong Hae. Momen ini tidak akan terabaikan mengingat pasangan kekasih itu jarang sekali bertemu karena rutinitas dan kesibukan masing-masing. Bahkan sudah satu bulan sejak terakhir kali mereka bertemu. Dalam satu bulan itu mereka hanya berkomunikasi lewat ponsel. Itupun tidak cukup untuk melepas sedikit kerinduan mereka.

Dong Hae berprofesi sebagai Executive Chef di sebuah restoran ternama di Seoul, sementara So Yul adalah seorang Fashion Designer. Keduanya berada di kedudukan yang penting, membuat mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Terlebih lagi Dong Hae bekerja pada malam hari sementara So Yul pada siang hari sehingga kesempatan untuk bertemu sangatlah sedikit.

***

@Dong Hae’s House
09.19 pm

So Yul menghembuskan napasnya saat berada di depan pintu rumah Dong Hae. Entahlah, ia merasa gugup sekarang. Ia kemudian menekan password pintu yang ada di depannya. So Yul memang mengetahui password-nya, Dong Hae yang memberitahu. Pria itu juga memberitahu So Yul agar merasa bebas keluar masuk rumahnya dan menganggap rumahnya adalah rumah So Yul juga.

“Kau sudah datang rupanya.” sapa Dong Hae seraya tersenyum senang. Pria itu tengah berdiri tidak jauh dari pintu. Kedua tangannya berada di belakang seperti menyembunyikan sesuatu.

Dong Hae mengamati So Yul dari ujung kepala hingga kaki. Gadis itu tengah mengenakan dress sleeveless selutut berwarna putih gading dan stiletto Manolo Blahnik berwarna coklat muda. Rambut bergelombangnya tergerai bebas membuat gaya classy-nya kian menawan. Tidak salah ia berprofesi sebagai Fashion Designer karena apapun yang melekat ditubuhnya terlihat modis dan tidak murahan.

Pria yang memakai tuxedo itu beberapa kali menelan ludah karena terpesona dengan penampilan kekasihnya. Matanya pun tidak berkedip ataupun beralih. So Yul lalu menyibakkan rambutnya ke belakang telinga. Ia merasa malu dengan tatapan Dong Hae saat ini.

Wae? Apa aku terlihat aneh?”

Aniya. Kau berhasil membuatku terpesona, nona Cha.” Dong Hae menunjukkan senyuman yang paling dirindukan So Yul.

Pria berambut kecoklatan itu merentangkan tangan ke samping, bersiap-siap menerima pelukan dari kekasihnya.  “Oraenmanieyo, Jagiya.” 

So Yul mati-matian menyembunyikan perasaan haru. Air mata menggenang di pelupuk matanya. Sudah lama ia tidak melihat wajah tampan itu. So Yul kemudian menghampiri Dong Hae tanpa menghapus raut senangnya. Gadis berkulit cerah itu lantas memeluk Dong Hae.

“Aku merindukanmu. Sungguh, ini benar-benar membuatku gila.”

“Aku tahu, sayang.” Dong Hae mengelus rambut panjang So Yul lalu mengecupnya. “Mianhae.

So Yul mengeratkan pelukannya, menghirup dalam-dalam aroma Dong Hae yang menghangatkan.

Beberapa saat kemudian, Dong Hae melonggarkan pelukannya. Ia menatap kedua manik mata hazel itu. Tangannya beralih merapikan anak rambut So Yul yang sedikit berantakan.

“Tak kusangka, kau begitu merindukan priamu yang amat sangat tampan ini.”

So Yul kemudian mengerutkan dahi. “Kau mulai lagi.”

Dong Hae hanya tertawa menanggapinya.

“Ini–untukmu.” katanya sambil meyodorkan sebuah buket bunga mawar putih kesukaan So Yul.

Mata So Yul berbinar seketika. Tangannya perlahan mengambil buket bunga itu. “Gomawo.” Gadis itu lantas memejamkan mata seraya menghirup bunganya.

Tangan kiri Dong Hae merangkul bahu So Yul, mengajak gadis itu mendekati sebuah meja makan. Pandangan So Yul beredar ke segala penjuru. Ruangan itu penuh dengan dekorasi. Lilin kecil dan bunga mawar yang terpasang rapi di dinding membuat kesan romantis dan elegan.

“Dong-ie, hari ini sebenarnya ada apa? Kenapa kelihatannya begitu spesial?” tanya So Yul ketika Dong Hae mempersilahkannya duduk. Pria itu hanya terdiam namun terlihat jelas senyum misterius dari bibirnya. Dong Hae mengambil tempat duduk berhadapan dengan So Yul.

“Coba tebak!” katanya seraya menautkan jari tangan.

“Hari ini bukan ulang tahunku ataupun ulang tahunmu. Hari ini tidak ada yang spesial bukan? Lalu apa?” So Yul semakin penasaran.

Dong Hae terkekeh. “Just wait and see.

“Ck. Kau selalu seperti itu.” So Yul menaruh kedua tangannya di depan dada.

“Kau hanya perlu mengikuti alurnya malam ini.”

Arraseo, aku akan mengikuti permainanmu.” ucap So Yul sambil memutar bola matanya.

Geureom–

“Kau ingin makan apa?” Dong Hae menepuk pelan bahu So Yul.

“Apapun asal kau yang membuatnya.”

Okay, ten minutes baby.” Dong Hae bangkit dari tempat duduknya. Pria itu berniat menuju dapur yang bersebelahan dengan meja makan.

“Kau ingin aku membantumu?” So Yul meletakkan dagunya di tangan dengan siku sebagai tumpuannya.

Just sit down and look at me.” jawab Dong Hae sambil mengerlingkan mata. Ia mengambil celemek yang menggantung di dinding, kemudian ia mengenakannya.

So Yul tidak hentinya terpukau saat melihat kekasihnya beraksi di dapur. Keahlian pria itu sudah selevel internasional. Dong Hae terbiasa memasak dengan gerakan cepat. Dalam kamusnya, tidak ada kata lama saat menyiapkan makanan. Pekerjaan sebagai Executive Chef, menuntutnya mementingkan kepuasan pelanggan. Kini ia tengah melayani kekasihnya. Tentu perlakuan antara pelanggan dan kekasihnya berbeda.

Tidak memakan waktu lama, dua piring spinach cannelloni tersaji di atas meja makan. So Yul menatap makanannya senang. Bagaimana tidak? Itu adalah makanan favoritnya. Biasanya Dong Hae menyajikan beef cannelloni. Tapi untuk hari ini, ia memasukkan bayam ke dalam cannelloni itu.

“Kau suka?”

So Yul mengangguk mantap. “Spinach? Bagaimana kau tahu aku sedang diet?”

“Lihatlah, kau bahkan lebih gemuk dari terakhir kita bertemu.”

“Ah, jinjja?” So Yul memegang kedua pipi sambil memijat-mijatnya.

Dong Hae tertawa melihat reaksi So Yul. “Just kidding. Kau masih sama, sayang. Bahkan lebih cantik.” pria itu menyolek dagu So Yul.

“Ish, kau menyebalkan!”

Cha, mari makan!”

***

“Kau sudah selesai?”

So Yul meresap cocktail-nya kemudian mengangguk. “Hm.”

Dong Hae lantas bangkit dari tempat duduknya. Ia mengangkat lengan kanannya. “Shall we dance?

Gadis itu tersenyum sekilas lalu meraih tangan Dong Hae. Ruangan itu lalu menjadi remang-remang. Hanya ada lilin dan bulan yang menerangi. Musik tango mulai melantun indah. Dong Hae meletakkan tangan So Yul di lehernya lalu tangannya berpindah ke pinggang So Yul.

Ready?” bisik Dong Hae tepat ketika hidung mereka bersentuhan.

Belum sempat So Yul menjawab, pria itu sudah menggiring So Yul ke dance floor. Mereka perlahan mengikuti alunan musik yang lembut itu. Kemudian musik mulai berputar cepat. Kedua sejoli itu menari dengan lincahnya. Setiap gerakan dari tarian itu membuat mereka mabuk seperti kerasukan. Tubuh mereka bergerak dengan cepat seiring hentakan kaki yang mengikuti ritme.

Akhirnya musik berhenti berputar. Kini posisi Dong Hae menahan tubuh So Yul agar tidak jatuh sementara gadis itu berpegangan pada leher prianya. Deru napas keduanya terdengar jalas dalam kesunyian itu. Dong Hae memergoki ekspresi So Yul yang kini menegang. Ia lalu terseyum miring.

“Kau lelah?”

So Yul menggeleng pelan. “Posisi kita terlalu berlebihan.”

Dong Hae menyeringai. Pria itu lantas menegakkan tubuh So Yul.

“Bagaimana sekarang?” tanyanya seraya mendekatkan wajahnya sehingga dahi mereka bersentuhan.

“Lebih baik. Tapi masih berlebihan.”

Dong Hae menjauhkan wajahnya. Kedua tangannya beralih menyentuh pipi So Yul. Aksinya sukses membuat gadisnya berkedip karena grogi.

“Kalau kau berpikir aku tidak rindu padamu, kau salah besar. Aku bahkan sudah frustasi karena memikirkanmu. Kau tahu seberapa inginnya aku melihat wajahmu? Wajah ini? Setiap malam aku memerhatikan fotomu lalu kubawa tidur bersamaku. Sudah cukup gila bukan?”

Mata So Yul berkaca-kaca mendengar ucapan tulus dari prianya. Tangan gadis itu menjulur meraba pipi Dong Hae.

“Saranghae.” ucapnya kemudian mengecup bibir Dong Hae.

Pria tampan itu masih mematung setelah mendapat perlakuan dari kekasihnya. Kembali ditatapnya kedua mata indah itu. Bibir merah muda itu menyulingkan senyum manis. Dong Hae tertawa kecil. Diraihnya dagu So Yul lalu wajahnya perlahan mendekat. So Yul memejamkan matanya. Tak lama kemudian, terasa bibir Dong Hae menyentuh bibirnya. Pria itu mencium So Yul dengan lembut. Gadis itu hanya mengikuti permainan kekasih romantisnya. Dong Hae ternyata terlena dengan permainannya. Ciumannya semakin intens dan dalam. Mereka berpelukan dengan erat, tidak ada jarak di antara mereka walau sesentipun. Malam ini sepasang kekasih itu menyalurkan rasa rindu yang selama sebulan ini terpendam.

Tiba-tiba terdengar suara kembang api yang sialnya mengintrupsi aktivitas mereka.

“Ada apa?” tanya So Yul seraya menatap jendela kaca yang ada di depan mereka.

“Sudah waktunya ternyata.”

“Waktunya apa?”

Happy 4th Anniversary, Soy.” seru Dong Hae dengan senyum cerahnya.

“Pukul 00.01, tanggal 6 September 2014.” lanjut Dong Hae seraya menerawang langit di luar – menikmati pesta kembang api itu.

“Kau mengingatnya?” gumam So Yul lirih. Matanya tidak kuasa membendung air mata lagi. Gadis itu sangat bahagia.

“Jadi hari ini kau menyiapkan semu–”

“Ssttt... Lima menit saja. Jangan berkomentar, Soy. Kita nikmati saja.” Pria itu menempelkan jari telunjuknya di bibir So Yul.

So Yul lantas memeluk Dong Hae erat – menyalurkan rasa syukur sekaligus bahagia. “Gomawo.

“Kau tahu bukan aku akan melakukan apapun untukmu?” ujar Dong Hae sambil menepuk pelan punggung So Yul.

Mereka berdua melihat pesta kembang api yang sangat indah. So Yul melingkarkan tangannya di pinggang Dong Hae sementara kepalanya bersandar di bahu pria itu. Dong Hae merangkul bahu gadisnya membuat kehangatan bagi So Yul.

Gomawo, So Yul-ah.”

“Untuk apa? Aku bahkan tidak memberimu apa-apa.”

“Terima kasih karena tetap di sisiku.”

So Yul membulatkan matanya lalu perlahan senyuman terukir di bibirnya. Gadis itu tidak menjawab. Ia terlalu tersanjung dengan perkataan Dong Hae barusan. Beberapa saat mereka tidak berkata-kata, mungkin sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Ah, andai kita bisa seperti ini setiap saat.” ucap So Yul mencairkan suasana.

“Yah, pasti sangat menyenangkan. Oh, atau bagaimana kalau setiap hari kita merayakan Anniversary?

“Itu sedikit berlebihan.”

“Jadi kau tidak ingin melihatku lagi, begitu? Sungguh kau akan menyia-nyiakan kekasihmu yang tampan ini? Kau baru saja menelantarkanku? Oh.. Itu membuat hatiku sakit, Nona Cha.”

Aigo.. Kau memulainya lagi, Tuan Lee? ”

“Hm. Tentu saja. Kau ingin memulai dari mana?”

“Ish, menyebalkan!”

“Hey.. Hey.. Jangan mencubitku!”


~Kkeut~ (END)

2 komentar:

  1. anniversary nya beda seminggu sama aku dan pacar
    sama2 udah 4 tahun pula,, hehehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.. kebetulan yahh.. wkwkwk.. makasih dah baca FF Di sini yaaaa

      Hapus

No Silent Readers! Give a comment is EASY Right?... Gomawoyo^^