The Person I Love 1/2






Title    : The Person I Love
By       : min Sooyeon ( @firdaa_ningrum )
Type   : Two Shoot
PG      : (13+)
Genre : Romance, No Yadong!
Cast    : Kim Jongwoon, Jung Haneul



Annyeonghaseyo chingudeul! Ini adalah salah satu Fan Fiction yang murni dari kerja keras otak sendiri. No Bashing, No Copas ya! Akhirnya FF comeback pun resmi dinyatakan SELESAI DILAKSANAKAN!! *hebring sendiri* Awalnya mau posti FF lama tapi kok, idenya tambah kesini tambah kacau aja-_-v And buat ini sebagai bahan barunya^^ Pusing kok Oh, I Love You nggak keburu selese-selese juga, tapi tambah part kok rasanya ceritanya tambah asik aja^^ *memuji diri sendiri* Eh, satu lagi. Don’t be silent reader ya! Komentar kalian benar-benar kutunggu untuk bahan evaluasi di Fan Fiction selanjutnya. Mianhae kalo ceritanya jelek. Kamsa^^



우리는 조하는 사람이 우리울 사람을 병영 할수 있습니다 
 Our life can be changed by the person that we loved – Ahn Sooyeon


***

     Langit kian menampakkan warna kelamnya, gemuruh mengerikan pun sudah terngaung di langit sejak setengah jam yang lalu. Seorang gadis berkaki jenjang sedang berjalan cepat menembus hiruk pikuk manusia yang cemas akan kondisi langit saat ini. Sesekali ia memperkecil kecepatan berjalannya, menatap langit sesaat, dan mendumel sambil melanjutkan perjalanannya. Hingga akhirnya langit pun tak sanggup menahan air matanya lagi, hujan pun jatuh ke bumi. Gadis itu segera mencari tempat berteduh hingga matanya tertarik pada sebuah toko musik bergaya klasik.

     Ia segera masuk dan mendorong pintunya, mengedarkan pandangan sesaat keseluruh sudut toko yang terlihat sepi. Hanya terdengar Maybe milik Yiruma. “Aneh, kenapa toko ini begitu sepi? Kenapa yang terdengar hanya musik yang diputar saja?” tanya gadis itu dalam hati. Namun ia tak peduli, ia segera berjalan memutari rak-rak yang memajang ratusan macam kaset, album, CD, DVD, bahkan beberapa piring hitam masih dipajang disini. Matanya tertarik pada sebuah album yang tidak asing lagi di matanya.

“Annyeong agashi, sedang mencari apa? Mungkin bisa kubantu mencarikannya” sapa suara itu ramah.

Gadis itu segera tersentak kaget dan tidak sengaja menjatuhkan album yang sedang ia pegang. Ia gelagapan, ia tak berani menatap kedalam mata namja yang sedang menatapnya bingung. “Mianhaeyo, aku akan menggantinya. Berapa harganya?” tanya gadis itu takut-takut.

“Aniyo, tak apa-apa, tak usah kau ganti” ucap namja itu sambil menghampiri gadis yang sedang membereskan pecahan wadah album yang berserakan di lantai.

Gadis itu mengeryit bingung, namun matanya tetap menatap ragu kearah namja yang memintanya untuk tidak mengganti album yang ia pecahkan itu. “Jeongmal aniyo?” tanyanya dengan nada ragu.

Namja itu tersenyum simpul, “Ne, jeongmal aniyo. Lagipula memang salahku muncul tiba-tiba, hehehe” jawabnya sambil ikut memunguti pecahan album itu.

Gadis itu melongo, menatap namja yang ada didepannya. “Ngomong-ngomong, apa yang membawamu kesini?” tanya namja itu lagi yang berhasil menyentakkan gadis itu dari lamunannya.

“Ah, tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin mampir melihat-lihat” jawab gadis itu tergagap.

Namja itu manggut-manggut, “Kukira kau mau mencari album atau apapun itu” sahutnya dengan nada santai.

     Gadis itu agak lama saling tatap dengan namja penjaga toko kaset itu. Sampai akhirnya kilatan cahaya yang disusul suara menggelegar mengembalikan keduanya kedalam alam sadar masing-masing. Gadis itu merasakan rasa panas yang menjalar di pipinya dan mengalihkan pandangan kearah lain. Namja itu hanya berdeham dan kembali menunduk menatap pecahan wadah album itu. “Kurasa hanya wadahnya saja yang hancur, isinya tidak. Bagaimana, apa mau dicoba?” tanyanya ramah. Gadis itu mengangguk, lalu mengikuti langkah namja itu kedekat counter. Seketika lagu Maybe pun berhenti.

“Kenapa lagu ini yang kau cari? Bukankah ini lagu lama?” tanya namja itu ketika suara lagu menggema diseluruh ruangan.

Gadis itu menatapnya bingung, lalu menunduk sambil tersenyum perlahan “Tapi lagu itu punya banyak kenangan untukku” jawabnya lemah.

“Oh, baiklah. Aku tak perlu tahu alasannya karena menurutku itu privasi” sahut namja itu sambil tersenyum manis dan menunduk menatap DVD Player.

     Gadis yang berdiri disampingnya pun mengerjap tak percaya, baru kali ini ia menemukan orang yang tidak berminat untuk melontarkan pertanyaan ‘Oh ya? Memangnya kenangan macam apa yang ada di lagu itu?’ seperti yang dilontarkan khalayak umum. “Terima kasih telah menghargai privasiku. Susah sekali mencari orang di dunia ini yang sejalan pikiran denganmu” ucap gadis itu sambil tersenyum miris. Dan kilat pun kembali menggelegar disaat keduanya saling bertatapan satu sama lain.

“Ani, tidak usah berlebihan begitu” balas namja itu sambil menunduk, tersenyum malu dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Hening. Mereka berdua kembali kedalam suasana canggung ditemani dengan desahan pelan dari AC yang ada disudut toko. “Ngomong-ngomong siapa namamu? Aku tak enak bicara dengan orang panjang lebar tapi aku belum mengetahui namanya” tanya namja itu pada gadis disampingnya yang mulai memainkan imajinya.

Gadis itu tersentak kaget, sebelum detik berikutnya ia menjawab “Jung Haneul imnida. Kau boleh panggil aku Haneul saja. Kau?.”

“Kim Jongwoon imnida. Panggil saja aku Jongwoon” sahut namja yang bernama Jongwoon itu sambil menjabat tangan gadis itu.

     Haneul sedikit tercekat manakala ia mengetahui jika tatapan Jongwoon adalah tatapan lembut nan tajam disertai dengan kehangatan dari tangan Jongwoon yang menjalar keseluruh tubuhnya. Namun ia segera tersentak dari imajinya dan menarik kembali tangannya dengan malu-malu. Jongwoon pun sedikit terlihat kikuk saat Haneul tertunduk malu. “Aku ingin mengganti rugi album yang kupecahkan itu. Aku tidak kebaratan untuk membayarnya penuh” ucap Haneul setelah melihat jam tangannya.

“Jangan, kau tidak usah mengganti rugi. Bawa saja, anggap ini kenang-kenangan” sahut Jongwoon sambil menyerahkan kepingan CD tanpa wadahnya itu.

Haneul menatap namja itu ragu-ragu, “Tapi aku telah merusaknya” ucap Haneul masih berusaha menolak.

Jongwoon masuk kebalik meja, ia terlihat mengambil sesuatu. Detik berikutnya ia kembali menghampiri Haneul dan memberikan sebuah bungkusan putih, “Ambil ini. Diam dan tak boleh menolak” ucap Jongwoon sambil merampas tangan Haneul dan memberikan bungkusan putih itu padanya.

Haneul menatap Jongwoon tak percaya, “Neomu gomawoyo Jongwoon-ssi” sahut Haneul sambil memasukkan bungkusan putih itu kedalam tasnya. Jongwoon memanjangkan lehernya untuk memastikan apakah bungkusan itu terbuka atau tidak. Selanjutnya ia bernafas lega karena bungkusan itu masih tertutup rapi dan berhasil masuk kedalam tas Haneul.

“Baiklah aku pamit dulu, ada sesuatu yang harus kulakukan diluar sana” ucap Haneul sambil menunjuk langit yang mulai cerah.

     Jongwoon mengangguk paham, “Hati-hati dijalan” serunya pada Haneul yang sudah berlari-lari kecil menuju pintu sambil melambaikan tangannya. Haneul memangguk sambil tersenyum menatap Jongwoon, detik berikutnya pintu tertutup dan sosok Haneul menghilang kearah kiri. Jongwoon masih terdiam, lalu meloncat-loncat girang sambil tertawa tidak jelas. Lalu ia menghentikan aksinya ketika seorang namja masuk dan menatapnya aneh. “Hyung ini, kerasukan apa sih?” tanya namja itu sambil menghampiri Jongwoon yang masih diam dan senyam senyum sendiri. Semoga dia mengetahuinya, semoga...

***

     Haneul pulang ketempat kostnya. Setelah mengunci pintu, ia terduduk diatas bantal sambil memeluk kedua lututnya. Ia termenung, masih memikirkan kejadian dimana ia bertemu Jongwoon tadi. Kejadian tadi seolah seperti mimpi. Senyuman, tatapan, dan genggaman milik Jongwoon seolah dapat membelai lembut luka terpendam yang ada didalam hatinya. Diluar kembali hujan, Haneul menatap datar rintikan air hujan yang seolah turut mengasihani dirinya. Haneul meraih tasnya yang berjarak 7 senti dairnya. Ia berusaha mencari bungkusan putih yang diberikan Jongwoon tadi. Namun tangannya malah meraih sebuah benda kotak yang bergetar heboh.

Haneul menatap benda itu kesal manakala tulisan di layarnya langsung menyulut emosinya, “Yeoboseyo?” sapanya dengan nada ketus.

“Kenapa kau baru angkat telponnya? Kudengar di Seoul hujan deras belakangan ini, kau baik-baik saja bukan?” protes suara itu dengan nada cemas.

“Iya aku baik-baik saja” jawab Haneul acuh tak acuh.

Orang diseberang telpon itu mendesah panjang, lalu melanjutkan ucapannya lagi “Jangan lupa..”

“Berhenti menceramahiku” sahut Haneul memotong.

“Jung Haneul! Bisakah kau berkata...” bentak suara disebrang sana.

Haneul yang sejak tadi menahan emosi sambil meremasi bajunya, langsung mengamuk di telpon. “Kubilang berhenti menceramahiku!! Tidak bisa kah kau berhenti menceramahiku sehari saja, hah?” bentak Haneul kasar.

“Aku hanya...”

“Hanya apa? Apa yang mau kau bilang lagi setelah semuanya terjadi? Menyesalinya? Meratapinya? Merasa kasihan denganku? Atau berusaha mencuri simpatiku?.”

“Jung Haneul, dengarkan aku dulu” pinta suara itu dengan nada bergetar.

Haneul terdiam. Tangannya basah, tubuhnya bergetar hebat, telepon genggam yang ada di tangannya semaik ia remas dengan kuat. “Apa yang perlu kudengarkan lagi? Kebohongan fana yang lebih erotis lagi?” tanya Haneul sambil menahan amarah yang mulai berubah menjadi tangisan.

“Haneul-ya....”

Haneul menghela nafas panjang sambil mengacak rambutnya frustasi menggunakan tangan kirinya. “Satu lagi, berhenti panggil namaku dengan suara seperti itu. Aku muak mendengarnya.”

“Jung Han.... Tuut... Tuut... Tuut.... Tuut...”

     Haneul memutuskan sambungan telepon itu terlebih dahulu. Ia membuka casing belakangnya dan mencabut batrainya. Lalu dilemparkannya barang itu keatas sofa. Ia mengacak rambutnya frustasi, menjambaki rambutnya sambil menangis keras. Hujan diluar pun seolah turut merasakan apa yang Haneul rasakan saat ini, ia semakin deras seiring air matanya yang terus mengalir. Andai waktu boleh diputar, ia ingin mencegah semuanya terjadi. Egois memang. Namun ia percaya jika orang itu lah yang seharusnya enyah dan tidak pernah ada dalam sejarah hidupnya. Ia percaya itu...


~ To Be Continue ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Silent Readers! Give a comment is EASY Right?... Gomawoyo^^