You Are My Shining Star [Part 10]



Genre  : Romance, A little bit comedy
Type   : Continued, Novel-lengthFic, SongFic
Rating : PG-13
Cast :
· Ryeowook (SJ)
· Sooyoung (SNSD)
· Taeyeon (SNSD)
· Heechul (SJ)
· Jessica (SNSD)
· Yesung (SJ)
· Other Character

"Annyeonghaseyo, ELF! mimin dengan bangga mempersembahkan Fanfict Romance jreng... jreng... jreng... FF ini hasil kerja sendiri dan bukan hasil PLAGIAT sekali lagi BUKAN HASIL PLAGIAT (sengaja di bold, underline, italic untuk memperjelas keaslian). Comment please kalo ada pendapat, saran, kritikan, typo atau apalah. Don't be silent reader! Dan satu lagi jangan di Bashing ya! bashing itu buang-buang tenaga! Satu lagi boleh yaa..*min, kapan mulainya?* Jangan mem-PLAGIAT karya seni semua postingan blog ini yaa.. Satu lagi yah *bunuh mimin bawel* bercanda! Langsung saja cekidot! Enjoy~"


My Shining Star, Sooyoungie
Utgo itdeon naega babogathaseo jageun hansumman swilppunieyo... (Aku hanya bisa menghela napas tertawa pada diriku, bodoh!) Arayo motnal ppunin nal neomu jal aljyo...(Aku tahu aku tidak keren sementara kau terlalu baik untukku) Hajiman mollayo na eojjeomyeon joheunji...(Tapi kau tak tahu, mungkin kau menyukaiku) Dan hanbeonman nareul saranghaejweoyo...(Mohon cintai aku sekali ini saja) Geudaeneun irheulge hanado eobjyo...(Kau tak akan kehilangan sesuatu) Geujeo hansungan nareul saenggakhaebwayo...(Hanya memikirkanku untuk satu saat) Geugeot ppunieyo...(Hanya itu) Gyeou geu jeongdojyo...(Itu semua yang ku minta)

Ini tulisan Woppa? Batinnya heran sambil mencari-cari pemuda imut itu. Lelaki yang tadi duduk di sebelah Sooyoung kini hilang entah kemana. Ia berlari mencari Ryeowook ke semua sudut tepi Sungai Han. Namun hasilnya nihil juga.

“Jadi, Woppa membuat lagu ini untukku?” kata Sooyoung sambil senyam-senyum memperhatikan kertas itu. Neomu kwiyeopta, Woppaku tersayang! Gumamnya dalam hati lalu menciumi si kertas malang berulang kali.

Sooyoung dan Ryeowook menjalani hidup masing-masing dengan kesuraman yang menyakitkan. Kerinduan yang keduanya rasakan sama dalamnya hingga membuat mereka gila. Mereka ingin bertemu walau hanya berpapasan. Mereka ingin saling melihat walau hanya ilusi semata. Mereka ingin berpelukan walau hanya dalam mimpi. Kapan angan mereka terwujud? Hanya takdir yang akan menyatukan.

***

Beberapa hari kemudian...

Sooyoung bangkit dari tidur siangnya yang teramat nyenyak. Wajahnya lesu seakan tidak ingin bangun dari mimpi yang singkat tapi menyenangkan. Hari ini adalah hari penantiannya yang ke empat puluh. Butiran salju di Seoul sudah menghilang sempurna tanda musim semi datang. Sooyoung kecewa karena boneka salju yang dibuatnya dengan jerih payah bersama Ryeowook meleleh begitu saja. Sisi lain, ia merasa gembira bukan main karena bisa melihat bunga bermekaran. 

Sooyoung melirik jam dinding di depannya. Ternyata sudah hampir jam empat sore. Ia langsung teringat kalau hari ini adalah jadwal kursus memasaknya. Tanpa berpikir alias gerak refleks, ia segera bersiap-siap untuk berangkat mengikuti kursusnya yang pertama kali. Masa baru sekali masuk sudah terlambat! Semua ini gara-gara memimpikan Woppa! Batinnya sambil tergesa-gesa memakai sepatu stiletto berhak paling tinggi yang ia cintai. Ketika hendak mengunci pintu depan, ia melihat sosok pria itu lagi. Ia menelan ludah sebisa mungkin. Namun kerongkongannya tetap saja kering sementara lehernya serasa tercekik. Reflek kakinya langsung berlari mengampiri Ryeowook sambil membuka tangannya lebar-lebar.

“WOPPAA!!!” teriakannya persis ketika ia berkhayal bertemu Ryeowook yang hampir ia alami setiap hari.

“CKLEKK!!” terdengar bunyi yang kurang pas ketika kaki kirinya menapak tanah secara tidak sempurna. Ryeowook segera menangkap tubuh Sooyoung yang nyaris jatuh. Sooyoung hanya merintih kesakitan karena kakinya terkilir parah. Tanpa berpikir panjang Ryeowook menggendong Sooyoung. Padahal dulu ia tidak bisa menggendong Sooyoung seperti sekarang. Sooyoung bergeming menatap Ryeowook yang balas menatapnya dengan wajah penuh senyum yang paling dirindukan Sooyoung. Ryeowook mendudukkan Sooyoung di sofa lalu meluruskan kaki jenjang gadis itu. Ia segera berlari ke dapur untuk mengambil handuk kecil dan es batu.

“Sudah ku bilang jangan pakai high heels! Ini deh akibatnya!” kata Ryeowook sambil mengompres pergelangan kaki Sooyoung yang membiru. Mata gadis itu malah berkaca-kaca.

“Aku tahu aku pasti hanya bermimpi. Bagunlah Sooyoung!” tangis Sooyoung sambil menampar-nampar pipinya sampai merah.

“Kau itu kenapa Sooyoungie? Aku sudah kembali, lihatlah!” seru Ryeowook sambil memegangi tangan Sooyoung agar gadis itu tidak menyiksa dirinya lagi.

“Tidak, kau sudah mengatakan itu beberapa kali tapi itu hanya mimpi!” bantah Sooyoung masih terus terisak.

“Apa ini tidak nyata?” kata Ryeowook tiba-tiba lalu sekejap mencium bibir Sooyoung. Tangis Sooyoung berhenti digantikan dengan cucuran keringat dingin yang membasahi sekujur tubuhnya. Bibir mungil itu berhasil membuatnya kaku tak berkutik. Hatinya serasa leleh lalu mengalir bersama darah dan urat nadinya. Mungkin itu adalah ciuman pertama yang bisa membuatnya seperti itu. Rasanya sukar sekali untuk dideskripsikan. Saat Ryeowook melepas ciumannya, Sooyoung langsung memeluk Ryeowook dengan erat.

“Bogoshipeo, Woppa! Kajima, berjanjilah untuk tidak meninggalkanku lagi!” kata Sooyoung semakin mengeratkan pelukannya. Ia sangat rindu bahkan sangat teramat amat rindu dengan aroma Ryeowook yang sekarang ia rasakan.

“Tidak akan pernah! Saranghaeyo, Sooyoungie!” ucap Ryeowook tersenyum sambil mengelus rambut Sooyoung.

“Saranghaeyo, Woppa!” bisik Sooyoung sambil menangis bahagia. Gadis ini mencintaiku juga? Akhirnya cintaku terbalas! Gomawo Sooyoungie! Batin Ryeowook senang. Saking senangnya pelukannya nyaris membuat orang terbunuh. 

“Woppa aku tidak bisa bernapas!” kata Sooyoung tersengal-sengal.

“Mian, ngomong-ngomong kau sudah bisa memasak belum?” tanya Ryeowook sambil melepas pelukannya.

“Iya dong, aku sudah mendaftar kursus memasak!” seru Sooyoung antusias.

“Sudah, lupakan saja kursus itu! Kau belum tahu bakat orang didepanmu ini? Biar aku yang menjadi gurumu saja!” perintah Ryeowook sambil menaikkan alis berulang kali.

“Ting... Tong” tahu-tahu bunyi bel mengejutkan penghuni rumah. Sooyoung bergegas membukakan pintu depan dengan kaki tertatih-tatih.

“Hati-hati kakimu! Berjalan sebisanya saja!” perintah Ryeowook agak panik.

“Tenanglah, kakiku sudah sembuh karena kau, Woopa!” kata Sooyoung berbunga-bunga. Ryeowook hanya merespon dengan senyuman dan gelengan penuh makna. 

“Annyeonghasimnika, benar ini rumah Sooyoung-ssi?” tanya seorang wanita muda berwajah manis.

“Ne, saya sendiri. Eonni ada perlu apa ya?” tanya balik Sooyoung.

“Saya hanya disuruh mengantar pesanan ini.” jawab si wanita sambil menunjuk kotak merah berpita yang sangat besar.

“Mungkin Eonni salah alamat. Saya tidak memesan kotak ini!” jelas Sooyoung dengan tampang bingungnya.

“Saya sudah cek berulang kali. Alamat ini pasti tidak salah. Saya bantu membawakan ke dalam ya!” kata wanita itu sambil menggotong kotak besar yang entah apa isinya ke dalam rumah.

“Saya permisi. Annyeonghikasipsiyo!” kata wanita manis itu seraya menghilang dari hadapan Ryeowook dan Sooyoung.

“Woppa kotak apa ini? Jangan-jangan ini bom! Apa kau yang memesannya?” tanya Sooyoung yang dari tadi kebingungan.

“Kau mengada-ada saja. Itu bukan bom tahu! Periksalah!” jawab Ryeowook tersenyum penuh arti. Sooyoung memanyunkan bibirnya sambil mendekati box itu dengan ragu-ragu. Ia membukanya pelan-pelan lalu menjauhkan dirinya sambil menutup telinga. Tidak terjadi apa-apa! Bukan bom! Batinnya lega. Perlahan ia membuka matanya yang sempat tertutup rapat.

“WUAA....!!” teriaknya tertegun ketika melihat kue coklat tiga tingkat dengan tinggi satu meter. Kue itu bertuliskan ‘Saengil Chukhae, Sooyoungie!’ dengan hiasan lilin angka dua puluh tiga.

“Gomawo Woppa! Aku sendiri tidak ingat kalau aku ulang tahun hari ini. Kenapa malah kau yang ingat?” kata Sooyoung heboh.

“Selamat ultah ya! Sekarang ku nyalakan lilinnya lalu kau tiup!” perintah Ryeowook sambil menghidupkan kedua lilin itu. Semoga Woppa adalah pangeranku. Aku selalu bersamanya dan hidup bahagia selamanya. Doa Sooyoung dalam hati lalu meniup lilin itu sekencang-kencangnya.

“Aku ingin menantangmu menghabiskan kue besar ini. Bagaimana?” tantang Ryeowook seakan membalaskan dendamnya yang kalah sewaktu makan sushi.

“Siapa takut? Pap meogja!!” seru Sooyoung bersemangat tentunya dengan nafsu makan tinggi. Mereka benar bertanding ‘siapa yang paling banyak menghabiskan kue raksasa’ seperti rakyat jelata yang rakus dan liar. Lima menit berjalan, Sooyoung masih kuat-kuat saja sementara Ryeowook tidak kalah tangguh. Sepuluh menit kemudian, Woppa sekarang menjadi rivalku. Aku tidak boleh kalah! Batin Sooyoung dengan mulut yang masih penuh. Lima belas menit kemudian, Gila! Dia masih kuat makan kue coklat yang enek ini?. Dua puluh menit kemudian, Sooyoung menjulur-julurkan lidahnya karena tidak kuat dengan rasa enek si coklat sedangkan Ryeowook masih semangat dari awal. Dua puluh lima menit kemudian, Sooyoung tergeletak lemas alias tepar tanda kalah dalam pertarungan. Artinya Ryeowook lah yang menjadi juara baru.

“Hahahahaha... Aku mengalahkanmu, Shiksin! Kalau begitu kita seri. Satu sama!” tawa Ryeowook setelah melihat Sooyoung K.O.

“Woppa kau benar-benar DAEBAK!! Kau belajar dari siapa huh?” seru Sooyoung lemas sambil menaikkan ibu jarinya.

“Woppa, aku mau ke toilet ya! Perutku mulas sekali!” rintih Sooyoung memegangi perutnya sambil berjalan terbungkuk-bungkuk. Ryeowook merasa kasihan dengan kondisi Sooyoung yang menahan rasa sakit. Sisi lainnya ia ingin tertawa terpingkal-pingkal karena wajah berak Sooyoung ditambah gaya berjalannya yang seperti penghuni panti jompo. Ketika Ryeowook ingin menanyakan apakah Sooyoung baik-baik saja, gadis itu seakan tahu pikiran Ryeowook.

“Aku baik-baik saja! Woppa tak perlu khawatir!” serunya dengan tampang sok paranormal diselingi menaikkan kedua ibu jarinya. Belum ditanya saja sudah tahu! Batin Ryeowook mengelus jidat.

***

Setelah melakukan ‘pekerjaan’ di toilet, Sooyoung melangkah dengan lega. Huh... lepas juga beban ini! Batinnya seraya melepas napas dengan mulut lebar. Ketika ia berjalan ke ruang tengah, ia melihat seseorang berbaring beralaskan tikar di halaman belakang. Ia mendekati pria itu dengan ekspresi bertanya-tanya. Apa yang Woppa lakukan? Bosan tidur di kasur? Wisata alam? Atau mengungsi? Gumamnya dalam hati sambil ikut-ikutan berbaring di sebelah Ryeowook.

“Woppa sedang apa? Ingin menjadi santapan vampir-vampir kecil itu?” tanya Sooyoung sambil menepuk-nepuk nyamuk yang sebenarnya tidak ada.

“Aku hanya ingin mencari udara segar! Malam ini bintangnya banyak sekali ya?” jawab Ryeowook antusias sambil menerawang langit hitam bertabur gemerlip bintang.

“Begitu? Woppa, ada sesuatu yang ingin ku katakan.” ucap Sooyoung agak serius.

“Katakan saja!” kata Ryeowook menatap balik Sooyoung.

“Kenapa Woppa sombong sekali! Tidak pernah memberiku kabar!” gerutu Sooyoung sambil melipat kedua tangannya.

“Kau yang sombong! Kau tidak pernah membalas surat-suratku!” bantah Ryeowook tidak mau kalah.

“Mwo? Surat? Surat apa? Aku tidak pernah dapat surat!” kata Sooyoung membela diri.

“Kau pasti tidak pernah memeriksa kotak surat ya? Pantas saja sudah menggunung seperti itu.” kata Ryeowook sambil menuding hidung Sooyoung.

~To Be Continued~


Created By: Min Sojung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Silent Readers! Give a comment is EASY Right?... Gomawoyo^^