My Paradise Girl [Part 6]


Title     : My Paradise Girl
Genre  : Romance, A little bit comedy
Type    : Series
Rating  : PG-15
Cast    :
- Cho Kyuhyun
- Hwang Jooeun (OC)
- Kim Hyewon (OC)
- Lee Hyukjae
- Lee Donghae (Supporting Cast)
- Lee Sungmin  (Supporting Cast)
- Kim Heechul (Supporting Cast)
Previous part  : | Part 1 | Part 2 | Part 3 | Part 4 | Part 5 |
Happy Reading, My beloved readers ^^~


"Jooeun? I think I'm glad to see you again."

“Jadi, gadis itu?”

“Benar Nyonya Cho.”

“Kau tahu hubungan mereka?”

“Kami belum tahu. Kami berencana mencari tahu lagi.”

Wanita paruh baya itu diam-diam memandang perbincangan antara Kyuhyun dengan Jooeun dari lantai atas. Ia membuang napas pendek. Beberapa kali ia mengetuk kuku panjangnya di railing tangga.

“Itu tidak perlu. Kau hanya perlu memberi peringatan pada gadis itu.”

“Kau tahu yang harus kau lakukan, bukan?” lanjutnya.

Pria berbaju hitam yang diajak bicara mengangguk paham.

“Jangan mengatakan apapun soal ini pada anakku, Sungmin-ssi. Arra?”

“Algesseumnida, Sajangnim.” pria itu membungkuk lalu beranjak pergi.


***

“Apa kau berpikir seperti itu, Tuan Cho?”

“Apa yang kau butuhkan? Cepat katakan! Setelah itu urusan kita selesai dan jangan menemuiku lagi!”

“Tebakanmu salah besar, Kyuhyun-ssi.”


“Aku sebenarnya tidak memiliki niat menemuimu. Kalau bukan karena hutangku denganmu, aku tidak akan sampai sini.” lanjutnya sambil memberikan cek 4 juta won di tangan Kyuhyun. Kyuhyun membeku, Ia menatap gadis itu tidak percaya.

'Dia.. orang pertama yang menolak uangku. Gadis itu tidak mengincar hartaku seperti yang orang lain lakukan.'

Kyuhyun memperhatikan benda-benda tiruan yang ada di mejanya. Pandangannya memang menuju benda itu tapi pikirannya melayang karena efek ucapan Jooeun beberapa jam lalu. Entah kenapa hal itu mengusik pikirannya. Apakah kata-katanya terlalu kasar? Itu yang dari tadi ia permasalahkan.

“Apa aku gila?” gumamnya seraya mengacak rambutnya.

“Tenang, Cho Kyuhyun. Persetan dengan gadis itu!” ucapnya pada diri sendiri.
Kim Hyewon tahu-tahu memasuki ruangannya. Wanita itu meletakkan selembar kertas di hadapan Kyuhyun.

“Kau belum pulang?” tanya Kyuhyun sambil melirik Hyewon singkat.
Wanita itu mengacuhkan pertanyaan Kyuhyun. “Ini proposal perizinan pembuatan produk baru. Begitu selesai ditandatangani, produk itu bisa langsung dibuat.”

Kyuhyun menatap kertas itu lesu. “Geurae.” ucapnya.

“Waeyo? Ada sesuatu yang terjadi?”

“Ani. Kau sebaiknya mengawasi pasar. Sepertinya banyak klien yang akan beralih produk.” Kyuhyun bangkit dari tempat duduknya.

“Aku akan melihat lab sebentar.” namja itu berjalan melewati Hyewon. Ia melanjutkan langkahnya menuju ruangan sebelah. Ruangan super steril yang biasa ia singgahi untuk memutar otak, menciptakan teknologi baru.

“Tuan Cho, anda sudah datang?” sapa seorang pria yang lebih tua darinya. Dari perawakannya umurnya mungkin sudah menginjak 30 tahunan. Pria tinggi berkacamata itu menghentikan aktivitasnya yang dari tadi merakit komponen listrik.

“Annyeonghaseyo, Heechul-ssi.” respon Kyuhyun sembari mengenakan kacamata dan jas putihnya. Kyuhyun mengamati karyawannya yang tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Dari semua penghuni lab ini, rupanya hanya Heechul yang menyadari keberadaannya.

“Apa kau perlu bantuan?” tanya Kyuhyun kemudian menghampiri Heechul.

“Ah... Ne, saya belum pernah mengerjakan komponen serumit ini.” jawab Heechul. Pria itu terlihat berkeringat.

“Aku tahu. Membuat smartphone transparan memang tidak segampang itu. Aku baru membuat satu dan butuh berbulan-bulan menyelesaikannya. Target pertama kita, membuat satu juta unit. Ingat itu!”

“Yeorobeun, akan ku jelaskan bagaimana merakitnya.” ucapnya percaya diri pada seluruh penghuni lab.   

***

“Baiklah, mari kita cek. Wortel, brokoli, tomat?”

“Ada.”

“Lobak, mentimun, kubis?””

“Kubis?”

“Sudah semua, ‘kan?”

“Kubis? Bibi tidak menyuruhku memesan kubis.”

“Bibi sudah menyuruhmu, Jooeun-ah.”

“Ah, mungkin aku lupa.”

“Gwenchana, kita tidak usah menjual kubis besok.”

“Andwae, pendapatan bibi bisa berkurang nanti. Kalau begitu biar ku pesan sekarang juga.”

“Tidak perlu, Jooeun-ah. Ini sudah larut malam. Lebih baik kau segera tidur.”

“Aniyo..  Aku tidak keberatan, bibi. Aku pergi dulu.”

“Aigo, arraseo. Hati-hati dijalan.” wanita paruh baya itu menepuk-nepuk bahu Jooeun.

“Ne.” Jooeun kemudian keluar dari kios kecil itu.

Kali ini ia membawa denah tempat yang ditujunya. Kompleks pertokoan itu kini sepi. Selain lampu jalan yang remang-remang, tidak ada lagi tanda kehidupan. Waktu menunjukkan pukul 11.40, wajar saja penghuni lain tengah lelap tertidur. Seorang gadis kurus berjalan sendiri di antara keheningan itu. Tinggal 3 blog lagi ia sampai ke rumah seorang supplier sayur dan buah-buahan. Ia berharap semoga orang itu masih terjaga sehingga ia bisa memesan beberapa kilo kubis segar. Bibi Jooeun memang memiliki usaha kecil-kecilan. Suaminya sudah meninggal dan ia tidak memiliki anak sehingga ia hidup sendirian. Keadaan itu memaksanya untuk terus menghidupi dirinya sendiri. Jooeun merasa perlu membantu bibinya sebagai balas jasa. Terlebih lagi bibinya itu sudah merawat Jooeun dengan baik selama ia berada di Seoul.

Gadis itu akhirnya sampai di persimpangan jalan. Ia tinggal menyebrang lalu sampailah ke tempat tujuannya. Tiba-tiba, ia dikagetkan oleh dua pria yang keluar dari gang sempit. Mereka berjalan sempoyongan ke arah Jooeun sambil memegangi botol. Gadis itu tentunya sangat takut tapi ia berusaha tetap tenang.

“Agasshi, sendirian saja? Apa mau kami temani?” ucap salah satu pria itu. Jooeun mempercepat langkahnya. Yang ia inginkan hanyalah enyah dari sana secepatnya.

“Hei, kenapa terburu-buru?” lelaki berandal itu dengan lancangnya menyeret lengan Jooeun. Reflek ia menampar keras pipi pria itu.

“Lepaskan aku, brengsek!”

“Wow.. wow.. Sepertinya kau membuatku marah, nona.” kata pria itu diiringi dengan tatapan tajamnya. Pria itu memegangi lengan Jooeun membuat gadis itu tidak bisa bergerak. Seringaian terpampang jelas di bibirnya yang bertindik.

“Apa maumu?” spontan Jooeun mengucapkan pertanyaan bodoh itu. Ia putus asa setelah beberapa kali mencoba memberontak.

“Kau mau tahu permintaanku?” lagi-lagi pria itu menunjukkan smirk-nya. Jooeun hanya menatapnya bengis.

“Aku ingin kau menjemput mautmu.”

Seketika pria itu mendorong kuat lengan Jooeun sehingga tubuh mungil itu terhuyun ke jalan raya. Jalan yang tadinya sepi, tahu-tahu muncul mobil berkecepatan tinggi. Jooeun hanya bisa melihat cahaya silau dari mobil itu. Sebelum ia sempat menyelamatkan diri, mobil itu lebih dulu menabrak badannya hingga ia terkapar di aspal. Terlihat darah segar mengucur dari pelipisnya. Gadis itu masih bisa melihat walau samar-samar. Seseorang bersepatu hitam turun dari mobil itu lalu mendekatinya. Kemudian ia berhenti tepat di depan wajah Jooeun.

“Jauhi Cho Kyuhyun.” terdengar suara bass dari orang itu sementara pandangan Jooeun mulai meredup.   

***

Seorang pria berdiri mengamati kota Seoul yang masih hidup. Beberapa menit lalu pria itu baru saja menyelesaikan tugasnya. Kini ia sendiri di dalam ruangan pribadi. Matanya menatap lurus dinding ruangan yang terbuat dari kaca. Wajahnya sulit diartikan, tapi terlihat jelas ia sedang memikirkan sesuatu. Tangan kanannya dari tadi memutar-mutar gelas berisi wine. Sesekali ia meresap cairan berwarna kekuningan itu. Kemudian tiba-tiba sepasang tangan lentik berkutek merah memeluk pinggangnya. Pria yang tidak lain adalah Kyuhyun itu tidak menunjukkan ekspresi atau melakukan apapun. Ia hanya menaruh gelas winenya di meja.

“Maaf soal kejadian tadi. Aku tidak bermaksud membuatmu kesal.” kata Hyewon. Wanita itu memeluk Kyuhyun dengan erat sementara pipinya ia tempelkan di punggung Kyuhyun. Kyuhyun lalu berbalik membuat pelukan Hyewon melonggar. Kini mereka bertatap muka.

“Geurae.” Kyuhyun memasukkan kedua tangannya di saku celana.

“Aku akan membuatmu mencintaiku, Cho Kyuhyun. Kapanpun itu, aku menunggu.” bisik Hyewon menggoda.

Wanita bergincu merah itu, mengelus dada Kyuhyun. Mereka bertatapan dengan jarak yang lumayan sempit. Detik berikutnya, Hyewon mendekatkan wajahnya lalu memiringkannya. Kyuhyun sudah mengerti arah dari gerak-gerik Hyewon. Bibir kecil Hyewon mendarat mulus di bibir Kyuhyun, menciumnya lembut. Kyuhyun membalasnya. Hyewon lalu melingkarkan tangannya di leher Kyuhyun. Pria itu menggiring Hyewon mundur. Semakin mundur hingga punggung wanita itu mengenai dinding. Ciuman mereka berakhir. Tangan besar Kyuhyun mengunci bahu Hyewon. Hyewon sempat heran dengan ekspresi Kyuhyun yang sulit ditafsirkan. Perlahan bibir Kyuhyun mendekat ke telinga Hyewon.

“Sampai kapanpun, aku tidak akan mencintaimu. Aku bisa memberimu uang, ciuman, atau mungkin tubuhku. Kau bisa memilikinya, tapi tidak untuk cinta. Camkan itu baik-baik!”

Tubuh wanita itu menegang. Ia tidak mengatakan sepatah kata pun. Air mata membasahi matanya yang lentik itu. “Teganya kau berkata seperti itu.” ucapnya lirih.

Kyuhyun melepas cengkraman di bahu Hyewon. Pria itu lantas menyeringai. “Bukankah tidak adil bila kau mendapat apapun yang kau inginkan sedangkan aku tidak?” wajahnya datar. Pria itu lalu pergi. Dengan cepat ia tenggelam dari pandangan Hyewon.

Kyuhyun menekan tombol kuncinya membuat mobil Buntley hitam yang terparkir manis itu mengeluarkan suara nyaring. Pria itu terlihat terburu-buru hingga ia lupa mengenakan sabuk pengamannya. Tidak perlu memakan banyak waktu, mobil kelas atas itu melaju dengan cepat. Kyuhyun memacu mobilnya hingga kecepatan 80 km/jam. Maklum malam itu sudah larut sehingga jalanan menjadi lengang. Ketika ia melewati dua persimpangan jalan raya itu, mendadak kakinya menginjak rem. Ia melihat banyak kerumunan orang tapi ia sama sekali tidak tertarik. Pria itu terus saja menekan-nekan klakson, meminta orang-orang itu enyah dari jalannya.

Ciiitt...

Sebuah mobil ambulans tahu-tahu melintas di depan Kyuhyun. Ia kembali menginjak rem, kali ini kepalanya hampir mengenai setir.

“Aish!” umpatnya sembari mengedarkan pandangan ke ambulans dan kerumunan orang itu. Kemudian pandangannya mengikuti laju ambulans itu. Entahlah, Kyuhyun yang semula tidak tertarik sekarang menerka-nerka kecelakaan apa yang barusan terjadi. Ia membuka kaca mobilnya berusaha melihat lebih jelas tapi kerumunan orang itu menghalagi pandangannya.

“Tabrak lari lagi.” ujar seorang pria tua yang berjalan melewati mobil Kyuhyun.

“Ah, padahal gadis itu masih muda. Semoga tidak terjadi apa-apa padanya.” sahut seseorang disebelah pria tua itu.

Kyuhyun mengerutkan dahinya seperti memikirkan sesuatu lalu ia menggeleng pelan. Ia lantas menjalankan mobilnya lagi.

***

1 tahun kemudian...

Kyuhyun membuka matanya melihat keadaan sekitar. Pantai. Itu kata pertama yang ia pikirkan. Pria tinggi itu mendapati dirinya sedang terbaring di atas pasir pantai. Matanya menyipit ketika cahaya matahari dengan sialnya menusuk mata. Saat ia bangun dan membenarkan posisi duduknya, ia baru menyadari seseorang tengah berdiri di depannya. Tubuh orang itu cukup besar untuk menutupi dirinya dari sengatan matahari. Kyuhyun mencoba mengamati wajah itu, namun wajahnya gelap-tidak begitu jelas. Rambut panjangnya berkibar-kibar mengikuti arah angin. Dia seorang wanita.

Beberapa saat kemudian wanita itu mengulurkan tangannya. Ia tidak mengatakan apapun, ia hanya menunggu respon Kyuhyun. Secara tidak sadar, tangan Kyuhyun menyambut tangan halus itu. Kyuhyun terlihat susah berdiri seperti orang yang terkena keram. Perlahan wanita itu mulai jelas di pandangannya. Bibir kecilnya mengukir senyum hangat. Terlihat lesung pipi menghiasi pipi tirusnya. Rambut merah panjangnya terurai, membuatnya semakin cantik. Secantik pemandangan laut biru itu. Kyuhyun tidak bisa memungkiri, ia kini terpesona.

“Jooeun?” ucap Kyuhyun tidak percaya. Urat-urat syarafnya baru menyadari orang didepannya adalah gadis itu, gadis yang sudah lama tak dilihatnya.

Jooeun tidak berbicara sepatah katapun. Ia hanya tersenyum pada Kyuhyun. Kemudian tangan mungilnya bergerak ke depan-menyentuh pipi Kyuhyun yang hangat. Kyuhyun merasakan tangan gadis itu sedingin es. Semakin dingin hingga merasuk ke tulangnya. Pria itu hanya bisa terdiam. Tidak ada penolakan sedikitpun. Setelah itu, Jooeun menjauhkan tangannya. Entah kenapa ada raut kecewa di wajah Kyuhyun. Gadis itu kembali tersenyum lebar. Tiba-tiba ia pergi, semakin lama semakin hilang. Kyuhyun berniat mengejar, tapi pasir pantai ini seakan menjerat kakinya. Berulang kali Kyuhyun memanggil gadis itu. Tapi ia tidak menoleh. Kini ia menghilang seakan laut sudah memakannya.

***

Sontak Kyuhyun membuka matanya lebar setelah melewati mimpi aneh itu. Ia tidak habis pikir mengapa gadis itu bisa terdampar dalam mimpinya. Ia kerap menyangkal, membohongi dirinya sendiri. Padahal dalam otaknya selalu terlintas pikiran tentang Jooeun.

“Siapa dia? Pacar barumu?” suara yang familiar itu mengagetkan Kyuhyun.

Ia buru-buru menengok ke asal suara untuk memastikan dugaannya. Benar. Si empu suara itu tengah berdiri di ambang pintu sambil menyenderkan tubuhnya di engsel pintu. Tangannya disilangkan di dada menambah kesan angkuh dan merendahkan.

“Hyukjae?” gumam Kyuhyun masih tidak percaya dengan siapa yang sedang dilihatnya.

“Kau menatapku seakan-akan aku barusan bangkit dari kubur. Ckck.” pria berambut kuning itu berdecak kemudian memasuki kamar Kyuhyun.

“Bagaimana kau bisa...”

Password apartemenmu masih sama ternyata.” potong pria itu seraya merebahkan tubuhnya di sofa.

“Kau kabur lagi?”

“Aku hanya berlibur di Seoul. Suasana di LA membuatku bosan.”

“Ya! Pulanglah! Aku tidak mau berurusan dengan ibumu yang cerewet itu. Bagaimana kalau dia menuduhku membawamu kemari?”

Pria bernama Hyukjae itu seketika bangkit. “Aku tinggal bilang ini kemauanku. Aish, kau tidak suka aku di sini? Tidak rindu pada temanmu yang tampan ini?”

“Aish, terserah! Kau tanggung sendiri urusanmu dan jangan bawa-bawa aku.”

“Arraseo.”

Hyukjae sejenak terdiam, menatap aneh teman didepannya. “Hey, kau sudah punya pacar baru?”

“Mwoya?”

“Jeoneun, Jungeun, Jooeun, Joo.. Siapalah itu! Apa dia cantik?”

“Ya! Apa yang kau bicarakan?”

“Ck. Tidak usah mengelak lagi Cho Kyuhyun! Kau menyebut nama itu berulang kali.”

“Bukan berarti dia pacarku, Hyuk.”

“Lalu? Mantan pacar? Atau mungkin... Selingkuhanmu?” Kyuhyun langsung menjitak kepala Hyukjae.

“YA! SAKIT!” teriak Hyukjae sambil mengelus kepalanya.

“Jangan mengada-ada. Dia... Aku bahkan tidak tahu siapa dia.”

“Hey, aku rasa kau tertarik padanya.”

“Ani. Mana mungkin?”

“Cho Kyuhyun, kau mau kubawakan kaca untuk melihat wajahmu sekarang? Kita sudah berteman hampir 17 tahun. Aku jauh lebih memahami dirimu dari pada kau memahami dirimu sendiri.”

Kyuhyun menghela napas pelan. Mereka berdua terdiam, terlena dengan pikiran masing-masing.

"Hyuk, apa yang terjadi padaku sebenarnya?" gumam Kyuhyun pelan.

"Wae?"

"Dia tiba-tiba masuk lalu keluar sekejap mata. Sudah setahun. Seharusnya aku mudah melupakannya. Kau tahu kan aku ini orang yang mudah melupakan sesuatu?"

"Ya, itu benar. Aigo Hyun-ah, siapa wanita yang bisa membuatmu seperti ini? Siapa dia?"

"Sudah kubilang aku tidak mengenalnya."

"Hey, mana bisa begitu?"

"Kau benar, Hyuk. Mana mungkin bisa begitu. Dia tidak berarti bagiku bukan? Mungkin ini hanya mimpi buruk yang panjang. Aku harus ingat, ada Hyewon yang menjadi tanggunganku."

“Aku tahu hidupmu pasti menderita, apalagi semenjak pertunanganmu dengan Hyewon. Yah, kau tahu, itu akan berujung pada perkawinan politik untuk keuntungan perusahaan. Heol!”

Ucapan Hyukjae terpotong, ia menunggu Kyuhyun memberi komentar. Tapi sepertinya namja itu tidak berminat.

“Bukankah kita sangat menyedihkan? Terlahir untuk menuruti keinginan orang tua. Ayolah Kyu, kau harus bebas menentukan pilihan. Aku hanya tidak mau kau bernasib sepertiku.” lanjut Hyukjae

“Apa maksudmu?” Kyuhyun akhirnya angkat bicara.

“Yah, kau tahu... Itu alasanku kabur dari LA.”

“Wae? Apa yang terjadi?”

“Mian, aku belum mengabarimu sepertinya. Aku tidak mau kau menghadiri pernikahan yang tidak aku kehendaki.”

“Kau?” Kyuhyun menatap Hyukjae tidak percaya.

“Aku sudah menikah.. Dengan Callista Han.”

Ekspresi Kyuhyun masih sama. Syok.

“Lalu bagaimana dengan Jaekyung?”

“Sampai sekarang aku belum memberitahunya. Aku tidak mau dia tertekan karena ini.”

“Kau masih mencintainya ‘kan?”

“Tentu saja, Kyu.”

“Lalu kenapa kau menikahi Callista? Bukannya selama ini kau bisa menghindar?”

“Bisnis keluargaku sedang payah dan kau tahu sendiri, aku ini anak tunggal. Mereka menjualku demi mencegah kebangkrutan. Yah, kau sudah tahu kan?”

“Ah.. Berhenti membicarakan ini. Aku malas. ” lanjut Hyukjae kemudian membaringkan tubuhnya di sofa.

"Ya! Kau seharusnya-"

“Hey, Tuan Cho! Boleh ‘kan aku menginap di sini?” potong Hyukjae seraya tersenyum lebar.

Kyuhyun mendengus panjang. Jika pria pirang itu sudah mengalihkan pembicaraan, itu artinya ia sudah tidak mau membicarakan masalahnya. “Terserah.”

“Ya! Tapi aku butuh-”

“Kartu kredit, uang dan mobil?” sahut Kyuhyun sambil memutar bola matanya.

Lawan bicaranya menaik-turunkan alis tanpa menghilangkan senyum lebarnya. Pria ini masih bisa tersenyum walaupun dalam hatinya ia sangat menderita. Hyukjae sangat pandai menyembunyikan perasaannya, terutama di depan sahabatnya, ia harus terlihat 'tidak apa-apa' di depan Kyuhyun.

Kyuhyun mendengus pelan. “Ambil sesukamu.”

“Kau memang sahabat terbaikku.” sahut Hyukjae girang.

***

“Bagaimana perkembangannya?” tanya Kyuhyun pada seluruh karyawan dalam suatu rapat.

“E-1218 benar-benar sukses, Tuan. Bulan ini keuntungan perusahaan akan meningkat 10 kali lipat.” jawab seorang pria muda.

“Selamat, Tuan. Anda berhasil.” sahut wanita di sebelahnya.

Kyuhyun melempar senyum puasnya. “Akhirnya plagiat brengsek itu tidak berkutik.” ucapnya lalu terkekeh.
Pria jangkung itu berdiri dari kursinya. Semua orang yang ada dalam ruangan itu juga ikut berdiri. “Hari ini kalian berpestalah! Kalian sudah bekerja keras.”

“Gamsahamnida.” ucap orang-orang serempak seraya membungkukkan badan. Kyuhyun kemudian berjalan menghampiri Donghae. “Kerja bagus, Manajer Lee.” ujarnya sambil menepuk bahu Donghae. Pria tampan itu membungkukkan badannya lagi. Kyuhyun kembali tersenyum sambil berjalan melewati Donghae.

***

Ia berjalan keluar ruangan. Seseorang berpakaian serba hitam itu ternyata sudah menunggunya di luar.

“Nyonya sudah menunggu anda, Tuan.”

“Arra.”

Kyuhyun membuka pintu besar itu lebar-lebar seolah-olah mencari perhatian. Terlihat seorang wanita paruh baya tengah duduk membelakangi meja kerjanya. Ketika terdengar suara pintu terbuka, wanita itu berbalik menghadap Kyuhyun.

“Ada apa?” tanyanya to the point. Wajahnya menyiratkan ketidaksabaran seperti tidak punya waktu berbasa-basi dengan ibunya.

“Duduklah!” titah Nyonya Cho seraya melirik kursi di depannya. Kyuhyun menurut.

“Ada apa? Aku tidak punya banyak waktu, Eomma.” ulang Kyuhyun masih dengan ekspresi sama.

“Keluarga Hyewon baru saja datang ke Korea.”

“Lalu?”

“Kau harus datang untuk makan malam. The Palace, jam 9.”

“Hanya itu?”

“Pastikan kau datang dan jangan mempermalukan Eomma!”

“Arraseo.”

“Dan satu lagi, suruh Hyukjae-si pengacau itu pergi!”

“Sekarang Eomma tahu dia bersamaku. Apa suruhan Eomma tidak bosan menguntitku?”

“Aku tahu apapun yang kau lakukan, Hyun-ah. Jangan pernah berbuat macam-macam.”
Nyonya Cho menghembuskan napasnya seperti meredam emosi. “Katakan pada teman kesayanganmu itu untuk tidak menghambur-hamburkan uang! Transaksinya sudah mencapai 70 miliar won. Kau kira mencari uang itu mudah?”

Kyuhyun membelalak kaget. Dia seharusnya sudah tahu, Hyukjae-si bodoh itu akan menguras dompetnya. Otaknya sibuk berpikir satu pertanyaan. Apa yang Hyukjae lakukan dengan uang sebanyak itu? Belum sempat Kyuhyun membalas perkataan ibunya, wanita itu duluan memotong.

“Sebaiknya kau pergi! Aigo, kepalaku pusing sekali!” keluh Nyonya Cho sambil memegangi kepalanya.

***

Kini Kyuhyun berada di depan apartemennya. Ia menekan kombinasi angka passwordnya dengan terburu-buru. Hyukjae. Yang ia perlukan sekarang adalah Hyukjae. Tidak sabar ia ingin mencekik namja parasit itu. Beberapa kali Kyuhyun salah menekan password. Ketidaksabarannya membuat pria itu tidak fokus. Lalu detik berikutnya seseorang dari dalam membuka pintu apartemennya. Siapa lagi kalau bukan Hyukjae? Pria berhidung mancung itu terlihat berantakan ditambah matanya yang sedikit mengantuk.

“Baru pulang?” tanya Hyukjae dengan tanpa dosanya.

“YA! MONYET!!” teriak Kyuhyun seraya mencekik sahabatnya itu, mendorongnya masuk ke dalam apartemen.

“YA! YA! YA! Kau-mau-mem-bunuh-ku?” ucap Hyukjae terbata-bata.

“Kau mau membuatku bangkrut? Hah?” Kyuhyun melepas tangannya yang semula di leher Hyukjae.

“Jangan salah sangka, Kyu. Aku hanya meminjamnya. Kau tahu, meminjam. Bukan meminta. Suatu saat aku akan membayarnya.” jelas Hyukjae.

“Haish, apa yang kau lakukan dengan uang sebanyak itu?”

“Itu urusan bisnis. Kau tidak perlu tahu. Ayolah Kyu, 70 miliar won bukan apa-apa bagimu kan?” jawab Hyukjae santai.

“Ah, sudahlah aku pusing. Jangan berbicara padaku!” ujar Kyuhyun kesal.

Ia kemudian berbalik, melihat keadaan apartemennya. Hyukjae benar-benar membuatnya hipertensi sekarang. Bagaimana tidak? Ruangan rapinya kini berubah lagi seperti kapal pecah. Persediaan makanannya mungkin sudah kandas dilahap Hyukjae. Kini tinggal bungkus-bungkus berserakan di lantai ditambah kaleng soda tanpa isi. Astaga, ini jauh lebih parah dari yang dulu.

“Lee Hyukjae... Kau mau mati sekarang?” kata Kyuhyun dengan suara mengerikan. Ia menatap Hyukjae dengan deadgaze-nya membuat Hyukjae mati kutu.

“Astaga, Kyu! Biasanya kau tidak se-marah ini.” ucapnya ketakutan seraya memperhatikan Kyuhyun yang semakin lama semakin dekat.

***

“Aku mau pergi.”

Hyukjae menghentikan aktivitasnya yang semula mengepel lantai. “Pergi lagi?”

“Ya, dinner konyol.”

Hyukjae terkekeh. “Sampaikan salamku untuk Nyonya Cho.” ucapnya sambil mengerlingkan sebelah matanya.

“Ya! Jangan banyak omong! Teruskan pekerjaanmu itu! Semua harus beres saat aku kembali. Arraseo?”

“Neeeeee!!” jawabnya dengan nada menjengkelkan.

***

Setibanya Kyuhyun di The Palace-sebuah restoran mewah itu, ibunya dan Hyewon ternyata sudah duduk manis. Waktu menunjukkan pukul 9.30, tapi keluarga Hyewon belum juga datang. Kyuhyun mengambil kursi yang jauh dari mereka berdua. Ia tidak mengatakan apapun, hanya duduk sambil berpura-pura sibuk membaca menu. Sebenarnya, Kyuhyun malas berada di sana. Sangat malas. Ia sempat berpikir lebih baik menanggung biaya hidup Hyukjae selama sebulan dari pada duduk di kursi itu, di meja itu, bersama orang yang terlalu asing baginya.

Tidak lama kemudian, Kyuhyun mendengar derap langkah mendekat. Ia tidak melihat siapa yang datang karena posisi tubuhnya yang membelakangi tamu itu. Kyuhyun sama sekali tidak tertarik dengan siapa yang datang. Ia hanya membolak-balik buku menunya.

“Anda sudah datang, Tuan Kim, Nyonya Kim.” sapa Nyonya Cho hangat.

“Ne.. Maaf kami terlambat. Jadwal penerbangan ke Korea sempat diundur.” jelas Tuan Kim.

“Nu-gu..” kata Nyonya Cho terbata-bata. Senyuman hangatnya tiba-tiba hilang.

“Ah, mungkin dia tidak tercantum dalam undangan. Tapi saya ingin mengajaknya. Semoga anda tidak keberatan, Sajangnim.”

“Annyeonghaseyo Sajangnim!”

Seketika Kyuhyun mengangkat wajahnya-kaget. Ia lalu menengok ke belakang. Hwang Jooeun. Hwang Jooeun ada dibelakangnya dan kali ini bukan mimpi.
~TBC~
Halo halo.. akhirnya publish juga~ hahahaha :D ini agak sedikit panjang dari biasanya lho guys... niatnya sih aku mau buat endingnya itu bikin penasaran tapi kok malah ancur gini ya?? wkwkwk.. gapapa lah yg penting dah publish*apa hubungannya???*#abaikan.. jd silahkan bagi readers yang SUDI mengomentari hasil karya super duper absurd ga jelas ini ^^~~ i will wait your comment :D see you on the next FF :)) bye...*terbang*
By : PSJ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Silent Readers! Give a comment is EASY Right?... Gomawoyo^^