You Are My Shining Star [Part 4]



Title   : You Are My Shining Star
Genre : Romance, A little bit comedy
Type   : Continued, Novel-lengthFic, SongFic
Rating : PG-13
Cast :
· Ryeowook (SJ)
· Sooyoung (SNSD)
· Taeyeon (SNSD)
· Heechul (SJ)
· Jessica (SNSD)
· Yesung (SJ)
· Other Character

"Annyeonghaseyo, ELF! mimin dengan bangga mempersembahkan Fanfict Romance jreng... jreng... jreng... FF ini hasil kerja sendiri dan bukan hasil PLAGIAT sekali lagi BUKAN HASIL PLAGIAT (sengaja di bold, underline, italic untuk memperjelas keaslian). Comment please kalo ada pendapat, saran, kritikan, typo atau apalah. Don't be silent reader! Dan satu lagi jangan di Bashing ya! bashing itu buang-buang tenaga! Satu lagi boleh yaa..*min, kapan mulainya?* Jangan mem-PLAGIAT karya seni semua postingan blog ini yaa.. Satu lagi yah *bunuh mimin bawel* bercanda! Langsung saja cekidot! Enjoy~"


“Wah, rupanya kalian sudah saling ingat? Baguslah!” seru Taeyeon gembira.

“Sebenarnya, kami sudah lama ingin menjodohkan kalian. Ternyata kalian itu memang sangat cocok!” seru Jessica sambil merangkul Taeyeon.

“Kalian menikah saja besok! Semua sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. Kalian hanya tinggal menjalaninya saja!” kata Jessica.

“MWOO???” teriak Sooyoung dan Ryeowook bersamaan lagi.

“Yah, kalian itu sama-sama anak tunggal. Kompak lagi! Besok menikah ya!” ucap Jessica sambil memegang bahu Sooyoung dan Ryeowook.

***

Semalaman Sooyoung tidak bisa tidur karena memikirkan kawin dadakan yang akan diadakan oleh Jessica. Bagaimana tidak syok? Ia akan menikah dengan pria yang tidak dikenalnya. Ia hanya sebatas tahu namanya saja. Pertemuannya dengan lelaki itu juga sangat tidak menyenangkan, sewaktu Sooyoung ada di kedainya dan tengah mengemis hutang karena ia tidak membawa uang.

Kini pupus sudah harapannya menjadi model terkenal. Model yang baru menjalani masa pelatihan seperti Sooyoung, dilarang keras untuk menikah. Padahal Sooyoung berusaha keras sampai titik darah penghabisan hanya untuk mengikuti seleksinya. Sekarang ketika ia sedikit lagi mencapai puncak kejayaan, ia harus mengundurkan diri. Sooyoung bisa saja mengulanginya dari awal. Tapi apakah akan semudah kelihatannya?

Sooyoung melangkah dengan kaki terseret-seret. Ia lelah sekali sampai kedua matanya berkantung tebal. Jam tidurnya hanya 2 jam ditambah ia harus bangun pagi-pagi untuk merias wajahnya. Benar-benar pengorbanan seorang Sooyoung demi berbakti kepada ibunya. Ia tidak tahu apa yang ia pikirkan saat ditanya ingin menikah atau tidak, ia hanya mengangguk pasrah. Pikirannya sangat kacau ketika itu. Sekarang ia menyesal karena kemarin ia menuruti ibu Ryeowook dan ibunya yang sok tahu.

Apa boleh buat, waktu tidak bisa diulang! Hwaiting, Sooyoung! Batinnya sambil menghela napas panjang. Sooyoung melangkah menuju tempat pernikahan dengan memaksakan gaya seperti model. High heelsnya yang terlalu tinggi membuat gaun putih yang seharusnya menutupi kakinya malah terurai di betisnya. Ketika ia sudah sejajar dengan Ryeowook, Pria itu membisikkan sesuatu.

“Ya, kau mau membetulkan atap? Hak sepatu sejengkal memangnya tidak sakit?” bisik Ryeowook lirih sambil mendongak karena Sooyoung bertransformasi menjadi siluman tiang sekarang.

“Tidak, aku nyaman-nyaman saja!” jawab Sooyoung dengan berbisik juga. Tiba saatnya mempelai pria mencium mempelai wanita. Sooyoung dan Ryeowook berpandangan ngeri. Ryeowook mendekati Sooyoung dan berjinjit. Ia memejamkan matanya lalu mencium kening Sooyoung secepat kilat. Saking cepatnya, ciuman itu tidak sampai mengenai Sooyoung. Untungnya tidak mengenaiku! Batin Sooyoung sambil mengelus dada.

Pesta pernikahan yang dinamai ‘SooWook Couple’ sangat meriah. Sooyoung tidak pernah membayangkan bahwa pernikahannya akan semewah ini. Namun yang membuatnya tidak gembira adalah ia menikah dengan seseorang yang sangat jauh dari kata ‘Pangeran’ dalam kamus hidupnya. Sekitar pukul 7 petang, Sooyoung dan Ryeowook dijemput limosin silver berhiaskan bunga dan berplat ‘Just Wedding’. Sooyoung mengikuti langkah kaki Ryeowook dengan gontai. Ia ingin segera beristirahat karena ia sudah sangat mengantuk. Perjalanan SooWook dalam limosin diwarnai keheningan. Sooyoung sudah terlalu lelah untuk memulai perbincangan begitu juga Ryeowook.

Limosin super mewah itu mengantar mereka ke sebuah rumah bergaya minimalis yang besarnya satu setengah kali rumah Sooyoung. Orang tua mereka memang sangat repot dan ambisius menyiapkan semua itu. Sooyoung berlari kegirangan menuju pintu depan seperti orang desa yang tidak pernah tinggal di tempat eksklusif. Ryeowook hanya menggeleng-geleng kepala sambil berjalan di belakang Sooyoung. Sooyoung melihat-lihat isi rumah itu lalu menaiki tangga. Ia melihat sebuah kamar dengan kasur bertabur bunga yang penerangannya remang-remang. 

“Andwae!!? Kenapa kamarnya cuma satu? Kamarnya mengerikan lagi!” kata Sooyoung sambil menggaruk-garuk tengkuknya. Ia berjalan menuruni tangga sambil memikirkan dimana ia akan tidur. Kelelahannya mendadak menghilang digantikan dengan perasaan cemas karena membayangkan dirinya tidur sekasur dangan Ryeowook. Hiiii...!!! batin Sooyoung sambil menggeridik ngeri. Ah, aku kan bisa menyuruhnya tidur di sofa! Sooyoung tersenyum evil lalu memusatkan perhatiannya pada sebuah kursi panjang diteras belakang. Ia berlari kearah tasnya yang ada di sofa. Rupanya barang-barangnya sudah dipindah ke rumah ini. Mulai dari tas, make-up, pakaian, majalah-majalah fashion dan koleksi sepatu high heels pujaannya yang hampir memenuhi lemari.

Sooyoung mengambil tasnya dan membawanya keluar menuju teras belakang. Ia menemukan tempat bagus untuk bergalau-galau ria. Sooyoung duduk di kursi panjang itu lalu mengeluarkan buku diary andalannya. Ia melanjutkan tulisannya yang sempat ia buat.

Minggu, 28 Desember 2012
Hari ini makan di kedai Ryeong. Aku akan mencicipi Nasi Goreng Kimchi, Bulgogi dan Bibimbab yang katanya berbeda. Benar-benar penasaran karena baru pertama kali aku kesini.. ^o^
Dan ternyata pemiliknya menjadi suamiku. Namanya Kim Ryeowook. Aku benar-benar tidak tahu siapa dia. Boro-boro aku cinta sama dia, kenal pun sangat TIDAK MUNGKIN!


Ketika tengah asyik-asyiknya menulis, Sooyoung dikagetkan dengan suara Ryeowook yang tiba-tiba memecah keheningan malam itu. Kedatangan Ryeowook sangat mengganggu suasana galaunya.

“Sooyoung-ah, kau sedang apa disini?” tanya Ryeowook datar sambil mengenakan mantel tebal lalu duduk di samping Sooyoung.

“Kau tidak kedinginan? Lebih baik kau masuk saja!” kata Ryeowook tanpa menunggu jawaban Sooyoung atas pertanyaan sebelumnya.

“Kau ini cerewet sekali! Memanggilku tanpa sapaan kehormatan lagi! Memangnya seberapa tua dirimu huh?” cetus Sooyoung kesal.

“Dua puluh lima. Kau?” jawab Ryeowook sambil menaikkan alis.

Mendengar jawaban Ryeowook, Sooyoung kontak menoleh menatap wajah tanpa dosa itu sambil melongo tidak percaya.

“Du... Dua puluh lima? Kok wajahmu tidak terlihat seperti k...? Kukira kau dua puluh tahun.” kata Sooyoung tanpa berkedip.

“Semua orang juga bilang begitu. Ya sudahlah, syukur wajahku awet muda.” ucap Ryeowook lalu menaikkan sudut bibir mungilnya.

“Ya, buku apa itu? Kamus Korea-Inggris?” tanya Ryeowook sambil menunjuk-nunjuk diary Sooyoung.

“Ini diaryku! Kau tidak lihat ada tulisan ‘Diary Choi Sooyoung’? Ku peringatkan kepadamu jangan pernah membukanya or you will die!” jawab Sooyoung dengan aksen Inggris yang hancur sambil menggerakkan jarinya di leher. Beberapa detik kemudian dia menepuk dahinya teringat sesuatu.

“Oh iya.. Terimalah! Dengan begitu hutangku padamu sudah lunas.” ucap Sooyoung sambil menyodorkan beberapa lembaran uang kepada Ryeowook.

“Ah, sudahlah uangnya untukmu saja! Aku sudah melupakannya. Anggap saja aku sedang berbaik hati.” kata Ryeowook sambil mendorong tangan Sooyoung tanda menolak.

~To Be Continued~


Created By: Min Sojung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Silent Readers! Give a comment is EASY Right?... Gomawoyo^^